Unexpected Love - Part 2 - A

Yups.. seperti yang aku bilang kemarin, aku udah buat 7 part dari Unexpected Love.
Kali ini, aku bakalan nge post yang Part 2. Berhubung Part 2 nya aku buat 10 lembar di microsoft heheh xD, jadi aku bagi 2, biar gak kebanyakan.. Part 2-B nya akan dilanjutkan di post berikutnya :)

So, enjoy! :)

***


Hari ini adalah terakhir kalinya aku menikmati udara musim panas di London. New York adalah saksinya. Aku terpaksa pindah ke kota itu karena pertukaran pelajar. Elisa, SMP-ku, Mom, Dad, Madam Ling, Joe dan Joey, semuanya kutinggalkan. Hanya satu yang tidak ku tinggalkan, NIGEL. Makhluk yang sangat menyebalkan itu justru malah ikut denganku karena juga sebagai peserta pertukaran pelajar. HELL!!
            “Kami semua sangat bangga kepada kalian, jaga diri kalian di sana, ya! Kami tahu kalian semua akan berhasil di New York!” kata Mr. Clinton. Sudah hampir setengah jam Mr.Clinton memberi ceramah kepada kami. Aku dan Nigel hanya mengangguk saja. “Sekarang, kalian berangkat ya!Semoga sampai New York dengan selamat,”pada akhirnya ceramahannya berakhir. Kami bersalam-salaman dengan seluruh guru dan karyawan sekolahku, juga mengucapkan salam perpisahan kepada teman-teman kelas 8-H yang seharusnya aku belajar di kelas itu. Sangat menyedihkan rasanya, tak ada yang menyenangkan dari perpisahan.
        London International Airways, tempat terakhir di London yang aku kunjungi. Kami menyusuri seluruh bandara dan petugas bandara mengecek tiket kami. Ternyata Mr.Clinton hanya mengantar kami sampai bandara. Sedangkan Mom dan Dad hanya mengantar kami sampai sekolah, begitu juga dengan orang tua Nigel.
        “Take care, jaga diri kalian. Kami bangga kepadamu. Semoga sampai London dengan selamat ya! Jangan lupa hubungi kami jika sudah sampai di New York,” kata Mr.Clinton saat aku dan Nigel akan masuk ke dalam pesawat. Kami mengangguk dan masuk ke dalam pesawat.  Aku melambaikan tanganku kepada Mr.Clinton dan tak terasa menitikkan air mata. London, good bye. Nigel juga melambaikan tangannya kepada Mr.Clinton.
        Kursi E-2 adalah tempat aku duduk di pesawat itu selama 9 jam kedepan. Dan yang lebih menyebalkan lagi adalah Nigel duduk persis di sampingku. Perjalanan ini akan sangat membosankan karena sudah kujamin Nigel tidak akan mengajakku berbicara. Sudah begitu tidak ada tayangan televisi, film, atau lagu yang enak untuk didengarkan selama 9 jam ini. How bored this is! -_-
        “Semua penumpang diharapkan mengenakan sabuk pengamannya karena sebentar lagi kita akan memulai perjalanan kita,” kata seorang pramugari. Aku mengecangkan sabuk pengaman yang ada di kursi ku.
        “Hei, bagaimana caranya?”tiba-tiba Nigel tanya. “Hah? Kau tidak tau caranya?” kataku kaget. Ia mengagetkanku dari lamunanku yang sedang tidak melihat seseorang, atau bahkan sesuatu. Aku hanya akan sangat merindukan London.
        “Bantu aku, kumohon,” katanya ,” Aku belum pernah pakai sabuk pengaman yang seribet ini,” lanjutnya. Aku langsung membantunya, HEY ITU MUDAH! Bagaimana ia bisa tidak tau caranya? “Semudah ini, selesai.” Kataku. “Thanks!”
        Aku melanjutkan lamunanku sambil berpikir kali ini. Apa yang membuatnya sangat aneh dan meminta bantuanku? Biasanya saja kalau berpapasan seperti orang tidak kenal. Aneh sekali. Hanya itu yang bisa kupikirkan saat ini.
        “Kau? Melamun? Aneh sekali raut wajahmu,”
        “Hah? Enggak kok, ngapain aku ngalamun,” kataku yang tiba-tiba kaget. Hey! Dia memperhatikan aku melamun. Memalukan! “Aku Cuma kangen sama London.”
        “Kangen? Hei! Bahkan kita baru saja take off ke udara, udah kangen? Aneh juga kamu,”
        “Ah, itu kan hak-hak ku,” seruku , “lagipula ngapain kamu ngurusin yang kaya begituan?”
        “Oke, aku akan diam saja. Sorry, Hill jika aku mengganggumu yang sedang melamunkan orang yang kau anggap sangat kaurindukan,”
        “Hah? Apa? Aku sedang merindukan London. Bukan merindukan seseorang!” kataku. Hey! Dia tambah aneh. Apa yang sedang ia pikirkan? Kali ini aku sedang tidak berfikir apa-apa. Aku serius. Oke, mungkin sedang sedikit memikirkan keanehan Nigel. Tapi hanya 1% dari otakku yang memikirkan hal itu.
        “Nigel, kau aneh sekali,”lanjutku,” tidak seperti biasanya kau seperti ini. Kau habis makan apa?”
        “Hah? Apa yang kaupikirkan? Apa kau berfikir bahwa aku sedang memikirkanmu dan cemburu dengan orang lain yang ada dipikiranmu?”katanya jelas,” aku waras, Hill!” jelasnya. Sial! Aku merasa bodoh sekali telah menanyakan itu kepadanya. Sekarang semuanya canggung. Entahlah… aku tidak ingin situasi canggung itu terjadi. Aku ingin kembali damai kepada Nigel dan berteman biasa seperti temannya. Hanya itu. Oke, aku menyadari aku terlalu berlebihan dengan ini.
        “Para penumpang, kami telah menyediakan snack, seluruh penumpang diharapkan mengambil snacknya dengan tidak berebut, pramugara-pramugari kami akan mengantarkannya ke bangku anda. Kami juga menyediakan pilihan minuman yaitu teh, kopi, dan susu segar. Penumpang bisa memilih. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.”
        “Yey! Akhirnya ada snack, aku sudah sangat lapar,” kata Nigel.
        “Kau rakus juga,ya? Aku pikir kau tidak se rakus itu hehe,”kataku sambil mengalihkan suasana yang sedikit membosankan ini supaya menjadi menyenangkan.
        “Kau mengejek sekali. Aku belum sempat sarapan tadi, asal kau tau saja, aku tidak terbiasa bangun sepagi itu,”
        “Jadi kau adalah seorang yang rakus dan pemalas. Begitukah intinya?” kataku mengejek. Aku harap ia meresponnya.
        “Tidak juga, biasanya di hari Minggu aku bangun jam setengah tujuh untuk jogging bersama anjingku. Entahlah, aku sangat merindukan anjingku.”
        “Kau aneh, anjingmu kau rindukan sedangkan teman-temanmu tidak,”kataku sambil terkikik kikik.
        “Tentu saja aku akan sangat merindukan mereka, aku kan juga bekas ketua, entahlah siapa yang akan menjadi penggantiku nanti. Aku harap bisa sebijak aku.”
        “Jadi kaupikir kau bijak? Serius saja, semasa kepemimpinanmu di SD aku sangat tidak setuju denganmu. Walau aku wakilnya.”
        “Kau kira aku setuju denganmu juga? Aneh, aku hanya berusaha yang terbaik. Ngomong-ngomong aku juga kangen teman-teman SD.”
        “Aku juga, sangat merindukan mereka. Kapan bisa mengadakan reunian. Harusnya kamu yang mengadakan, kamu kan ketuanya.”
        Tiba-tiba seorang pramugara menyela obrolan basa basi kami dengan menawarkan minuman dan memberikan snack. Aku pesan susu segar, Nigel juga. Dia memang sukanya ikut-ikutan. Sangat tidak kreatif.
        “Lihatlah berkas susu di sekitar mulutmu. Seperti kumis!”kata Nigel sambil menunjuk berkas susu di sekitar mulutku. Aku langsung mengelapnya. “kau seperti anak kecil, Hill!”
        “Entahlah, aku sudah biasa seperti itu di rumah,”kataku. Aku tertawa terbahak-bahak.
        Kami diam lagi, oke aku menyadari. Setiap percakapan selalu aku yang mulai. Kenapa tidak dia duluan? Aku tidak akan bertanya lagi, biarkan dia saja yang bertanya duluan.
        5 menit,  10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, 30 menit. Aku menghabiskan setengah jam waktuku hanya untuk menunggu Nigel bertanya duluan. Bukankah itu gila? Hh.. entah. Tapi kenapa aku merasa sangat aneh sekali akhir-akhir ini. Aku peduli sekali dengannya! Apa jangan-jangan aku mulai menyukainya lagi ya? AAAAAAA!!!! Jangan sampai!!!
        Karena aku bosan, aku memutuskan untuk bertanya.
        “Hey, bukankah akhir-akhir ini,”kataku terhenti. Sial! Aku memulai bertanya ketika ia juga menanyakan hal yang sama denganku.
         “Kau duluan saja.” Oke, kata itu kami ucapkan bersama lagi.
         “Aku duluan!” Siaaall!! Aku mengucapkan bersamaan dengan Nigel lagi. “Aku dulu!” Aku melanjutkan. Akhirnya, yang terakhir ini tidak kami ucapkan bersama! HUH..
         “Aku ingin berkata sesuatu, aku harap kau tidak marah, atau bahkan menjadi seolah-olah kita tidak pernah bicara. Kau janji?” kataku.
        “Oke, aku janji.”
        “Hmm.. begini, aku ingin bertanya, kenapa akhir-akhir ini pertemanan kita terasa sangat canggung sampai seolah-olah kita tidak pernah kenal sebelumnya?”
        “Emm.. bagaimana cara aku menjelaskannya ya?” jawabnya, “sejujurnya aku tadi juga ingin menanyakan hal itu kepadamu.”
        “Ohh.. begitu. Lalu, kenapa kau melakukan itu kepadaku?”
        “Emm… kau kan tahu jika aku tidak suka di ejek-ejek dengan seseorang yang tidak kusukai, kan? Nah itu jawabannya.”jawabnya singkat.
        Miris. Hati ini rasanya miris. Apa? Karena ejek-ejekan itu kan? Benar, seharusnya jika aku masih menyimpan rahasia itu tanpa memberitahukannya kepada orang lain semua akan baik-baik saja. Aku memang sudah tidak menyukainya lagi. Tapi entah, kenapa aku masih selalu memperhatikannya dan memikirkannya. Aku pikir aku adalah orang paling gila di dunia yang masih memikirkan orang yang sangat tidak penting yang juga tidak menyukaimu. DAMN!
        “Maafkan aku, kalau itu membuatmu sakit hati,” kataku,” sejujurnya…..” kataku, aku ingin mengatakan yang sebenarnya tanpa ingin menyakitinya lagi dengan berkata TE AMO-TE QUEIRO.
        “Kenapa? Katakan saja. Aku tahu kalau aku memang tampan, sehingga banyak yang menyukaiku. Aku tahu itu. Jujurlah pada perasaanmu.”
        “Oke. Aku ingin kita untuk berteman seperti biasa, bukan berlagak seperti orang asing seperti itu.”
        Sejenak dia hening. Dia diam dan berfikir. Apa yang sedang ia pikirkan? Entah, aku juga tidak tahu. Jangan pikirkan dia lagi. Kau sudah tidak menyukainya dan dia tidak menyukaimu. KITA HANYA TEMAN :’)
        “Oh, jadi begitu. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya malu saja,”


***

Jadi, sebenarnya Nigel malu karena apa sih?

Penasaran? :p

See ya on the next post :D

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

A Thing About Yogyakarta, 2024

Elixir: [Track 6] Used to Me

Elixir : [Track 5] Yesterday Once More