Kasihilah Musuhmu
Setiap orang punya masalah? Pasti.
Bukan, kali ini aku enggak akan cerita-cerita lagi tentang masalah-masalah itu. Sekarang, aku lagi pengen mbahas tentang hal yang sedikit membuatku harus menulis postingan ini.
Ya, Hidup untuk memaafkan.
Kadang, orang-orang suka sedikit keras kepala masalah memaafkan.
Orang menganggap dirinya sebagai subjek yang paling benar dan tidak bisa disalahkan.
Harus diakui, hal macam ini manusiawi.
Kenapa?
Karena tentu saja setiap orang punya batas kesabaran masing-masing.
Akar dari semua ini? Tentu saja karena masalah.
Masalah tidak biasanya besar, malah kadang terjadi karena masalah kecil yang dibesar-besarkan, yang diumbar-umbarkan seakan dunia perlu tahu.
Hal ini tentu saja dapat menimbulkan amarah, rasa benci, dan iri hati.
Sering terjadi orang begitu merasakan jengkel kepada seseorang, atau bahkan kelompok.
Saking bencinya, tak jarang orang mengungkapkan kekesalannya itu dengan menulis tulisan-tulisan kasar di facebook, twitter, dan lain-lain. Bahkan banyak juga yang menyelipkan aroma-aroma 'misuh' dalam tulisannya itu.
Memang, hal ini begitu manjur untuk meluapkan emosi yang dimiliki oleh penulis. Penulis merasa puas atau bahkan merasa lega karena dapat mengungkapkan perasaannya di media massa.
Setiap orang memang punya cara sendiri untuk mengungkapkan perasaannya, ada yang memiliki batas kesabaran yang tinggi sehingga ia dapat memendam masalahnya, walaupun tentu saja tak ada rasa lega dihati atau bahkan emosi berapi-api berkecamuk di dada. Ada yang seperti itu.
Ada juga yang sering bercerita tentang masalahnya kepada sahabatnya dam ingin didengarkan. Yang ia butuhkan hanyalah seorang pendengar, sehingga paling tidak, ada rasa plong dan lega di hati. Tak jarang mereka meminta saran kepada sahabatnya tentang bagaimana cara supaya ia dapat mengatasi masalah itu.
Ada yang mengungkapkan masalahnya denga cara menuliskan di buku harian. Ketika ia tahu tak ada seorangpun dapat mengerti perasaan hatinya. Ia bisa dengan blak-blak an menulis semua hal itu tanpa ada orang yang perlu membacanya. Menurutnya, hal seperti itu sudah dapat membuat emosinya mereda.
Namun, ada orang yang mungkin kurang begitu sabar dalam menghadapi masalah-masalah yang ia hadapi. Cara orang-orang mengungkapkannya berbeda-beda. Ada yang nglabrak, secara terus terang mengungkapannya dengan tulisan-tulisan kasar di twitter, namun ada juga yang hanya bisa menangis dan merasa bahwa tak ada seorang pun dapat mengerti perasaannya.
Secara pribadi, aku kurang begitu suka melihat orang-orang yang mengungkapkan emosinya dengan cara nglabrak dan menulis tulisan-tulisan kasar di twitter. Menurutku, hal itu sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Hal itu justru menambah-nambahkan masalah, membuatnya tertumpuk, dan bahkan bisa membuat emosi semakin menjadi-jadi.
Yang benar-benar ingin aku sorot sekarang adalah permasalahan SALING BENCI, dan permasalahan itu diungkapkan dengan cara menuliskan kata-kata kasar di twitter. Hal ini secara terus terang sering mengganggu kenyamanan para pembaca yang beda cara mengungkapkan perasaannya.
Ini bisa menimbulkan masalah serius di saat kita begitu sensitif dan 'merasa' bahwa tulisan kasar itu ditujukan kepada kita.
Bahkan, tak jarang ada orang yang berterus terang berkomentar dan membalasnya dengan hal yang sama kasarnya. Ingat teman-teman, cara begini sama sekali tidak menyelesaikan masalah.
Manusia punya hati, mereka punya hati yang begitu penyayang.
Mereka ingin dicintai, bukan dibenci.
Memaafkan. Sebenarnya hanya itu yang perlu kita lakukan supaya masalah cepat selesai.
Semua manusia punya batas kesabaran masing-masing, enggak secepat itu aku bisa maafin kamu.
Memang, memaafkan bukan hal yang mudah. Tidak setiap orang bisa dengan mudahnya memaafkan.
Apalagi kalau orang itu sudah benci, benci yang tak berkesudahan.
Ingatkah kalian akan sabda Tuhan?
Lukas 6 : 27-28
Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada orang yang membeci kamu.
Musuh tetaplah menjadi musuh bagi orang yang memusuhimu, tapi jangan anggap musuhmu adalah musuh bagi dirimu sendiri.
Musuh justru orang yang memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Teman-teman semua, mulai sekarang ingatlah sabda Tuhan sebelum kalian menulis kata-kata kasar di twitter. Sebelum kalian nglabrak orang yang kalian benci.
Toh, hal seperti itu tidak akan menyelesaikan masalah.
Hidup ini untuk memaafkan, melainkan bukan memaafkan untuk hidup.
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi orang yang mencaci kamu :)
Bukan, kali ini aku enggak akan cerita-cerita lagi tentang masalah-masalah itu. Sekarang, aku lagi pengen mbahas tentang hal yang sedikit membuatku harus menulis postingan ini.
Ya, Hidup untuk memaafkan.
Kadang, orang-orang suka sedikit keras kepala masalah memaafkan.
Orang menganggap dirinya sebagai subjek yang paling benar dan tidak bisa disalahkan.
Harus diakui, hal macam ini manusiawi.
Kenapa?
Karena tentu saja setiap orang punya batas kesabaran masing-masing.
Akar dari semua ini? Tentu saja karena masalah.
Masalah tidak biasanya besar, malah kadang terjadi karena masalah kecil yang dibesar-besarkan, yang diumbar-umbarkan seakan dunia perlu tahu.
Hal ini tentu saja dapat menimbulkan amarah, rasa benci, dan iri hati.
Sering terjadi orang begitu merasakan jengkel kepada seseorang, atau bahkan kelompok.
Saking bencinya, tak jarang orang mengungkapkan kekesalannya itu dengan menulis tulisan-tulisan kasar di facebook, twitter, dan lain-lain. Bahkan banyak juga yang menyelipkan aroma-aroma 'misuh' dalam tulisannya itu.
Memang, hal ini begitu manjur untuk meluapkan emosi yang dimiliki oleh penulis. Penulis merasa puas atau bahkan merasa lega karena dapat mengungkapkan perasaannya di media massa.
Setiap orang memang punya cara sendiri untuk mengungkapkan perasaannya, ada yang memiliki batas kesabaran yang tinggi sehingga ia dapat memendam masalahnya, walaupun tentu saja tak ada rasa lega dihati atau bahkan emosi berapi-api berkecamuk di dada. Ada yang seperti itu.
Ada juga yang sering bercerita tentang masalahnya kepada sahabatnya dam ingin didengarkan. Yang ia butuhkan hanyalah seorang pendengar, sehingga paling tidak, ada rasa plong dan lega di hati. Tak jarang mereka meminta saran kepada sahabatnya tentang bagaimana cara supaya ia dapat mengatasi masalah itu.
Ada yang mengungkapkan masalahnya denga cara menuliskan di buku harian. Ketika ia tahu tak ada seorangpun dapat mengerti perasaan hatinya. Ia bisa dengan blak-blak an menulis semua hal itu tanpa ada orang yang perlu membacanya. Menurutnya, hal seperti itu sudah dapat membuat emosinya mereda.
Namun, ada orang yang mungkin kurang begitu sabar dalam menghadapi masalah-masalah yang ia hadapi. Cara orang-orang mengungkapkannya berbeda-beda. Ada yang nglabrak, secara terus terang mengungkapannya dengan tulisan-tulisan kasar di twitter, namun ada juga yang hanya bisa menangis dan merasa bahwa tak ada seorang pun dapat mengerti perasaannya.
Secara pribadi, aku kurang begitu suka melihat orang-orang yang mengungkapkan emosinya dengan cara nglabrak dan menulis tulisan-tulisan kasar di twitter. Menurutku, hal itu sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Hal itu justru menambah-nambahkan masalah, membuatnya tertumpuk, dan bahkan bisa membuat emosi semakin menjadi-jadi.
Yang benar-benar ingin aku sorot sekarang adalah permasalahan SALING BENCI, dan permasalahan itu diungkapkan dengan cara menuliskan kata-kata kasar di twitter. Hal ini secara terus terang sering mengganggu kenyamanan para pembaca yang beda cara mengungkapkan perasaannya.
Ini bisa menimbulkan masalah serius di saat kita begitu sensitif dan 'merasa' bahwa tulisan kasar itu ditujukan kepada kita.
Bahkan, tak jarang ada orang yang berterus terang berkomentar dan membalasnya dengan hal yang sama kasarnya. Ingat teman-teman, cara begini sama sekali tidak menyelesaikan masalah.
Manusia punya hati, mereka punya hati yang begitu penyayang.
Mereka ingin dicintai, bukan dibenci.
Memaafkan. Sebenarnya hanya itu yang perlu kita lakukan supaya masalah cepat selesai.
Semua manusia punya batas kesabaran masing-masing, enggak secepat itu aku bisa maafin kamu.
Memang, memaafkan bukan hal yang mudah. Tidak setiap orang bisa dengan mudahnya memaafkan.
Apalagi kalau orang itu sudah benci, benci yang tak berkesudahan.
Ingatkah kalian akan sabda Tuhan?
Lukas 6 : 27-28
(27) Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; | ||
(28) mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. |
Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada orang yang membeci kamu.
Musuh tetaplah menjadi musuh bagi orang yang memusuhimu, tapi jangan anggap musuhmu adalah musuh bagi dirimu sendiri.
Musuh justru orang yang memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Teman-teman semua, mulai sekarang ingatlah sabda Tuhan sebelum kalian menulis kata-kata kasar di twitter. Sebelum kalian nglabrak orang yang kalian benci.
Toh, hal seperti itu tidak akan menyelesaikan masalah.
Hidup ini untuk memaafkan, melainkan bukan memaafkan untuk hidup.
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi orang yang mencaci kamu :)
Kalin, tulisannya gak bisa dibaca, kyke fontnya terlalu aneh-aneh :D
ReplyDelete