Unexpected Love - Part 3-B

Hueheheheheh..
Maaf sebelumnya udah lama enggak nglanjutin Unexpected Love-nya :D
Sibuk banget ni, mana modem di rumah di pake adek terus ._.

Okay, sekarang langsung aja ya aku lanjutin ceritanya kalau kalian bener-bener udah kangen dan penasaran banget sama ceritanya :D

Here we goooooo....

***



         "Jadi, kudengar kau tadi membicarakan aku dengan Pierre. Benarkah?”tanya Nigel saat kami sedang berjalan menuju gerbang asrama M2. Kami akan membeli beberapa alat tulis dan peralatan sekolah serta baju untuk sekolah besok. Aku, Caroline, dan Nigel akan pergi ke sebuah toko di sebelah asrama. Caroline yang akan membantuku dan Nigel untuk memilihnya.
        “Hah, apasih? Enggak lah. Lagipula ngapain aku membicarakanmu?”jawabku dengan sedikit merona. Entah kenapa, aku tidak tahu. “Memangnya siapa yang bilang?”tanyaku meyakinkan.
        “Pierre sendiri. Dia berkata bahwa kau berkenalan dengannya dan..”kata Nigel.
        “Dan apa?”tanyaku penasaran.
        “Dan Pierre menyukaimu. Lol,”kata Caroline tiba-tiba. Pembicaraanku dengan Nigel membuatku lupa kalau Caroline juga ikut bersama kami.
        “Caroline! Hentikan itu!”kataku sambil sedikit merona juga. Merona? Ada apa dengan merona? Apa jangan-jangan Pierre menyukaiku. Aduh, jangan sampai.
        “Dia berkata bahwa kau mencariku,”kata Nigel dengan polos.
        “Nah memang tadi pagi aku mencarimu, untuk mengajakmu membeli beberapa peralatan untuk hari pertama ke sekolah,”jawabku santai. Aku kira apa, aku kira Pierre benar-benar berkata bahwa dia menyukaiku. Eh, apa sih. Kenapa aku jadi berpikiran seperti itu.
        “Maafkan aku, Hill! Ternyata dugaanku salah. Kau jangan menyesal jika Pierre tidak suka padamu. Yakinlah, suatu saat pasti dia akan menyukaimu!”kata Caroline sambil terkikik-kikik. Caroline!! Kenapa sih dia selalu mencocok-cocokkanku dengan orang lain. Seandainya dia tau apa yang aku rasakan saat ini ._.
        “Caroline! Aku tidak menyukai Pierre! Apa sih, biasa aja tau!”kataku mencoba untuk mengalihkan suasana. Nigel hanya ikut terkikik-kikik saja.
        “Sudahlah, ayo kita berangkat,”kata Nigel mengalihkan suasana. Aku lega Nigel tidak memasukkannya kedalam hati tentang tadi.
        Sesampainya di toko yang dimaksudkan oleh Caroline tadi, aku dan Nigel langsung di tunjukkan baju yang perlu aku pakai dan peralatan lainnya. Caroline sangat baik, bahkan baru sehari kenal dia sudah berbaur denganku dan Nigel.
        “Kupikir ini cocok untukmu, Hill!”katanya.
        “Wah, baju ini keren sekali. Berapa harganya?”tanyaku sambil mencari tulisan harga pada baju itu.
        “12 dolar. Bagaimana?”tanya Caroline meyakinkan. Ohya, sebelumnya Mr.Clinton juga sudah memberikan uang saku untuk keperluan lainnya. Aku hanya mengangguk dan memasukkan baju yang ditunjuk Caroline tadi ke bag pack.
        “Bagaimana, Nig? Kau sudah menemukan bajunya?”tanya Caroline.
        “Entahlah, aku tidak menemukan satu bajupun yang cocok denganku.”
        “Ikutlah aku, aku tau baju mana yang cocok untukmu.”
        Aku dan Nigel mengikuti Caroline. Rupanya dia sudah sudah menjadi ratu toko ini. Buktinya, ia kenal dengan seluruh pegawai dan hafal dengan lokasi peletakan baju disini.
        “Ini, Nig! Sangat keren!”kata Caroline sambil menujukkan hem berkerah berwarna putih ke abu-abuan. Itu adalah pilihan yang sangat keren.
        “It’s so cool, Line! Thanks!”kata Nigel sambil mengambil baju yang dibawa Caroline itu.
        “Teman-teman aku akan membayar baju ini dulu,ya! Line, mau ikut?” ajakku.
        “Kau sendiri saja, Hill! Rupanya aku harus membantu Nigel ini. Dia kurang cukup baik untuk memilih baju,”kata Caroline.
        Aku hanya mengangguk pasrah karena bagaimanapun juga yang namanya ajakan boleh juga ditolak. Entah, aku merasa ada yang aneh. Aku pikir Caroline menyukai Nigel. Dia selalu memperhatikan Nigel akhir-akhir ini dan bersemangat jika aku mengajak Nigel  dengannya.
        Sudahlah, aku tidak terlalu ingin memikirkan itu. Akupun membayar baju itu beserta peralatan lain yang telah aku pilih untuk sekolah besok. Sedangkan Caroline masih bersama Nigel untuk memilih baju dan peralatan lain.
        Entah mengapa aku kurang suka cara Caroline mendekati Nigel. Dengan itukah caranya? Membantu Nigel dan selalu meninggalkanku. Bagaimanapun juga aku pernah menyukai Nigel dan itu sangat menyakitkan jika ternyata ada orang lain yang mendekatinya. Itu kan masa lalu, kenapa masih aku pikirkan saja?
        Karena Nigel dan Caroline sangat lama sekali memilih peralatan dan baju untuk besok. Entah karena Caroline yang terlalu sibuk memilihkan peralatan supaya memperlama waktu PDKT-nya atau entah kenapa. Setahuku sih Nigel orangnya simpel. Jadi, bisa disimpulkan bahwa  ini semua karena Caroline. Aku memutuskan untuk kembali ke asrama dahulu. Ini benar-benar menghabiskan waktuku.
        Sesampainya di M2 Dorm aku langsung meletakkan barang bawaanku dan berniat untuk menatanya. Aku menggeletakkan tubuhku di kasur yang empuk dan memutuskan untuk membuka hapeku. Aku merindukan sesosok Elisa. Biasanya dia selalu membantuku menata barang bawaanku seperti ini. Terutama, koper yang kubawa kemarin sama sekali belum aku geledah. Aku ingin sekali meneleponnya, namun karena alasan nomor kenegaraan yang aneh ini aku tidak bisa meneleponnya.
        Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu kamarku dan Caroline. Akhirnya! Caroline dan Nigel selesai juga berbelanja hal-hal yang tidak penting itu.
        “Akhirnya! Carol…” perkataanku terhenti karena ternyata.. “Pierre? Ada apa?” Pierre lah yang mengetuk pintu itu.
        “Bukan apa-apa, aku hanya ingin menanyakan Nigel. Kemana dia? Aku hampir saja terkancing seharian karena dia membawa kunci kamar dan menguncinya!”katanya panik,”untung ada kunci cadangan yang ia sembunyikan di tasnya.”
        “Dia masih sama Caroline belanja, entahlah dari tadi mereka memilih barang-barang untuk sekolah besok,” kataku polos , “mungkin juga Caroline melakukan pendekatan dengan Nigel. Mungkin dia suka dengan Nigel sampai rela meninggalkanku,” lanjutku.
        “Hillary yang malang… Jangan cemburu,lah!”kata Pierre santai.
        “Apaan sih, nggak kamu, nggak Caroline, sama aja. Sukanya nyocok-nyocokin aku sama Nigel. Dia hanyalah temanku. Ingat itu!”kataku mengancam Pierre. Dia hanya tertawa, tertawanya manis sekali. Aku sudah bilang kan kalau dia memang tampan?
        “Daripada bosen, ke ruang keluarga aja, yuk!”ajak Pierre.
        “Boleh juga.”
        Aku dan Pierre menuju ke ruang keluarga saat itu. Saat ini di ‘rumah’ tidak ada orang, mereka semua sibuk entah kemana. Yang penting tidak ada orang.
        “Kau suka menyanyi?”tanya Pierre saat kami menuruni tangga. Oh iya aku lupa. Kamarku berada di lantai 2 dari 3 lantai. Sedangkan ruang keluarga berada di lantai dasar.
        “Sangat suka, menyanyi adalah caraku mengungkapkan perasaanku.”jawabku simpel.
        “Aku sangat suka sekali menyanyi, sayangnya jarang ada orang yang mau mendengarkanku menyanyi.” Lanjut Pierre. Malangnya dia.
        “Tenang, aku akan mendengarkanmu menyanyi,”kataku menghibur.
        “Terima kasih sebelumnya. Aku sangat suka lagu ini, Lost, lagunya Michael Buble,” katanya mengawalinya untuk bernyanyi sambil mengambil gitarnya. Ternyata ia akan menyanyi sambil bermain gitar. Cool!
I can’t believe it’s over
I watched the whole thing fall
And I never saw the writing that was on the wall
If I’d only knew
The days were slipping past
That the good things never last
That you were crying
Summer turned to winter
And the snow it turned to rain
And the rain turned into tears upon your face
I hardly recognized the girl you are today
And god I hope it’s not too late
It’s not too late
’Cause you are not alone
I’m always there with you
And we’ll get lost together
Till the light comes pouring through
’Cause when you feel like you’re done
And the darkness has won
Babe, you’re not lost
When your worlds crashing down
And you can’t bear the thought
I said, babe, you’re not lost
Life can show no mercy
It can tear your soul apart
It can make you feel like you’ve gone crazy
But you’re not
Things have seem to changed
There’s one thing that’s still the same
In my heart you have remained
And we can fly fly fly away
’Cause you are not alone
And I am there with you
And we’ll get lost together
Till the light comes pouring through
’Cause when you feel like you’re done
And the darkness has won
Babe, you’re not lost
When the worlds crashing down
And you can not bear the cross
I said, baby, you’re not lost
I said, baby, you’re not lost
I said, baby, you’re not lost
I said, baby, you’re not lost

        Jujur saja, suaranya sangat indah. Hampir menyerupai John Mayer atau semacamnya. Dan itu adalah lagu yang sangat sangat sangat sangat luar biasaaaaa sekaliiii indaaaahhh. Apalagi dentingan gitarnya.. luar biasa memukau!!
        “Pierre! You have a great voice! Really! I don’t lie!”kataku ke Pierre yang sudah selesai menyanyikan lagu itu, aku masih terpukau dengan keindahan suaranya,”apalagi keren banget caramu mainin gitar!”
        “Ah, tidak… sama sekali tidak,” kata Pierre yang merendahkan dirinya.
        Pierre sungguh anak yang baik, dia bisa menjadi teman dan sahabat, selain itu dia mempunyai suara yang sangat bagus. Great Boy, Pierre!

***

Yap, itu adalah lanjutannya :D 
Jadi, mau tahu kelanjutannya?? :p

Ya sabar aja, kapan-kapan akan aku post yang Part 4 nya ya.. sekarang aku lagi dalam proses nyelesaiin part 7 nya :D 

Dadahhhhhh... :D 

Comments

Popular posts from this blog

A Thing About Yogyakarta, 2024

Elixir: [Track 6] Used to Me

Elixir : [Track 5] Yesterday Once More