Nyenye : [Chapter 3 (Pt. 2)] Lindsay's New Research
Hello guys! I'm sorry I didn't write for this last one week. I'm too busy (to have a vacation and read The Fault In Our Stars) :D
But now, I'm back with the 2nd part of Nyenye's Chapter 3. It still made by Febby anyway :3
Well, enjoy and check it out! ^^
***
[The previous part → Chapter 3 (Pt. 1) - Lindsay's New Research]
Chapter 3 - Part 2
Lindsay's New Research
*Lindsay Ong’s point of view*
Aku sudah selesai mengobati rasa penasaran semua teman sekamarku ─Claire, Becky, Maureen, Encun, Lotta, dan Jeanne yang sebenarnya tidak penasaran (jelas… Kan dia tidak masuk sekolah hari ini, jadi tidak tahu ─masalah apa yang membuat teman-teman lainnya merasa begitu penasaran─).
Saat itu aku sedang menata buku pelajaranku, ketika tiba-tiba Claire mendobrak pintu kamar, membantingnya keras-keras dan segera menguncinya, membuat Jeanne yang sedang sakit terbangun. Katanya, NyeNye sedang mengejarnya dengan alasan ingin menjadikan Claire teman curhatnya selesai dari latihan sepak bola. Beberapa menit ia duduk di atas tempat tidurnya dengan napas terengah-engah, setelah itu ia memintaku menceritakan tentang perkataan Loiz tadi pagi. Karena Jeanne sudah bangun, jadi ia juga mendengar ceritaku. Dengan begitu, rasa penasaran Claire sudah terobati. Sedangkan Becky, Maureen, Encun, dan Lotta juga sudah mendapat keterangan tentang ucapan Loiz saat mereka duduk di ruang belajar IAB bersamaku.
“Hai.” Aku menyapa Claire yang baru saja masuk ke ruang belajar.
“Hai juga─kalian ngapain sih, kok berkumpul kayak gitu?” tanyanya, melihat kami yang duduk bergerombol.
“Hahahaa─kamu ketinggalan cerita Loiz deh.” Lotta tertawa puas. Sangat puas.
“Hahahaa─aku tadi udah diceritain sebelumnya tuh,” Claire membalas, memudarkan wajah puas Lotta seketika.
“Sial,” jawabnya cemberut, menopang dagunya, lalu mulai mengerjakan PR matematika.
“Kau lagi apa?” tanya Claire yang tiba-tiba duduk di sebelahku. Ia menatap lembaran putih yang sudah aku tulisi dengan beberapa kalimat. Sebenarnya kertas itu sudah aku beri judul dengan huruf yang besar-besar dan kutulis tebal, tapi sepertinya tangan dan bolpenku menutupinya. Jadi kuangkat keduanya lalu menjawab Claire, “Lagi nulis hasil penelitian hari ini.”
“Hah? Penelitian tentang NyeNye itu?”
Belum sempat menjawab, ia sudah menyambar kertas itu dari mejaku, dan membacanya keras-keras, membuat semua anak yang sedang duduk di ruang belajar menghentikan aktivitasnya lalu mendengarkan Claire.
“PENELITIAN LINDSAY ONG KE-12─Mengetahui Tingkat Kejadian Menyenangkan dan Menyedihkan yang Dialami NyeNye.” Dia memulai, suara sedikit dibesar-besarkan.
“Satu,” ucapnya keras. “DATA-DATA─Berikut adalah data-data yang dapat menunjang penelitian ini:”
Claire menegakkan tubuhnya, dan mulai membaca lagi.
“NyeNye merasa sangat senang ketika mengetahui bahwa Jeanne tidak masuk sekolah. Menurutnya, Jeanne adalah penyebab dari rusaknya hubungan persahabatan antara NyeNye dengan Gareth, pacar baru Jeanne.”
“Wah, Lindsay, kalau Jeanne sampai membaca ini─bisa gawat nih. Aku─” ucap Lotta setelah mendengarkan Claire mengucapkan data pertama dari penelitianku, memutus “pidato” Claire, dan membuat sedikit keributan di ruang belajar IAB.
“Oleh karena itu aku berencana menyembunyikan hasil penelitian ini. Dan─sebenarnya aku tidak setuju dengan tindakan Claire yang membacakannya keras-keras, walau Jeanne tidak ada di ruangan ini. Tapi itu juga bisa membuat NyeNye tahu jika ia tiba-tiba masuk ke sini. Aku tak ingin dia tahu tentang penelitian ini.” Aku menyela ucapan Lotta dengan tegas dan dengan marah menatap wajah Claire.
“Apa?” jawab Claire melihat tatapan kesalku padanya. “Lihat tuh wajah mereka semua, penuh ekspresi ingin tahu─udah ah, lanjutin aja.” Lagi-lagi aku belum sempat menjawab, Claire sudah membacakan lagi kelanjutan dari data penelitianku.
“Dua─NyeNye merasa sedih dan sedikit marah ketika Maureen menganggapnya jahat karena menurutnya, NyeNye senang melihat Jeanne jatuh sakit dan tidak masuk sekolah. NyeNye mengira, tidak ada yang membelanya, mendukung persahabatannya dengan Gareth.”
“Oh, jadi NyeNye merasa tersinggung karena aku bilang jahat kepadanya.” Sekarang Maureen yang menyela Claire. “Ya memang benar kok, NyeNye jahat sama Jeanne,”sambungnya segera, wajahnya terlihat kesal.
“Tiga─NyeNye tetap kuat pada keyakinannya tentang Jeanne sebagai perusak hubungannya, walaupun Becky sudah mengatakan bahwa Gareth lah yang bersalah dalam masalah tersebut.”
“Wah, namaku ada di dalam penelitian,” teriak Becky aneh, memutus lagi “pidato” Claire beberapa detik. Setelah itu Claire menyambungnya kembali.
“Empat─NyeNye tidak menggunakan kesempatannya untuk mendekati Gareth lagi sewaktu Jeanne tidak masuk sekolah. Penyebabnya adalah rekaman video-video indah saat kelas 7, yang dibuat oleh Lindsay Ong. NyeNye memutarnya kembali dan menganggap bahwa Gareth bukan sahabat sejatinya setelah selesai melihat video itu.”
Claire tiba-tiba berhenti. Suasana hening terjadi beberapa detik, hingga akhirnya Claire berkata, “Sudah? Tak ada yang mau mengomentari?” Lagi-lagi keheningan menyelimuti ruangan. “Dari tadi setiap aku selesai membacakan SATU nomor saja, pasti ada yang menyelaku. Huh─sebal,” sambungnya segera, melihat wajah-wajah kami yang kebingungan dengan tingkah lakunya.
“Hei, jangan ketawa,” kesalnya, melihat aku dan beberapa teman di sebelahku menahan tawa.
“Sudahlah, masa begitu saja marah,” ujarku meredakan amarahnya.
“Aku tidak marah,” kesalnya lagi. Bibirnya sedikit mengerucut.
“Lha itu wajahmu terlihat marah,” ejek Encun.
“Ah─sudahlah, aku lanjutin saja.”
“Lima─NyeNye tidak suka Loiz mendekatinya. Ia selalu meninggalkan Loiz ± semenit kemudian.”
Claire diam sedetik, memandang satu per satu wajah kami.
“Kenapa lagi?” geram Encun.
“Sudah habis─Hanya ada angka enam di sini, tapi gak ada tulisannya sama sekali,” jawab Claire, lalu melirikku yang sibuk menggoyang-goyangkan tangan kananku di depan wajahnya.
Dengan ketus, ia bertanya, “Ada apa?”
“Aku hanya ingin bilang, kalau yang nomor lima tadi, aku gak tahu alasannya─Ada yang tahu?” tanyaku, menggerakkan bola mataku ke arah semua orang yang berkumpul di dekatku.
“Karena Loiz alay banget,” kata seseorang, suaranya samar-samar.“Apa?”tanyaku dengan maksud memperjelas ucapan orang itu.
“Iya, itu alasannya.” Ternyata Encun yang mengucapkannya tadi. Suaranya tadi tidak begitu jelas karena ia sedang terkena flu, dan suaranya jadi sedikit aneh karena hidungnya tersumbat.
“Ya apa?─Suaramu tadi gak jelas,” mintaku untuk mengulanginya.
“KARENA LOIZ ALAY BANGET,” teriaknya, membentakku.
“Oh─iya, iya─jangan marah-marah dong,” balasku melihat ekspresi yang tampak dari wajahnya.
“thanks─nanti aku tambahin” Aku menarik kertasku dari tangan Claire. Ia sepertinya merasa sangat kaget ketika aku menarik kertas itu, tapi aku tak menghiraukannya.
“Hai teman-teman.” Tiba-tiba aku mendengar sapaan itu dari pintu ruang belajar IAB yang baru saja terbuka. Tak salah dan tak bukan lagi, itu suara─NyeNye.
Ia masuk ke dalam ruangan, diikuti oleh Loiz dibelakangnya. Aku tidak melihat sosok Gareth sama sekali.“Kalian sedang apa sih? Kok ngumpul-ngumpul gitu?”
Ia mendekat.
Membuat hati kami semakin gugup. Tak tahu ingin menjawab apa, kami hanya bisa terdiam, melihat kakinya yang semakin mendekat.
“Kami hanya sedang─tanya─tanya─” Becky menyelamatkan kami. Tapi sepertinya ia masih bingung ingin menjawab apa.“Tanya PR matematika ke Lindsay. Dia kan jago, iya kan Lindsay?” Lotta membantu Becky menjawab pertanyaan NyeNye.
“Iya,” jawabku spontan, tak tahu bahwa jawabanku itu menandakan bahwa aku setuju dianggap sebagai murid yang jago matematika. Aku langsung menyambungnya setelah menyadari semua itu, “Eh─bukan gitu─maksudku, mereka memang sedang berdiskusi denganku tentang PR matematika. Tapi bukan berarti aku jago matematika. NyeNye lebih jago lah.”
Sekarang semua mata memandang NyeNye yang sedang berdiri di belakang Encun. Memanfaatkan kesempatan ini, aku segera membalik kertas hasil penelitianku. Berharap, tadi NyeNye tidak melihatnya saat masih terbuka.
NyeNye tersenyum lebar.
Aku tak menghiraukannya. Menurutku, hal yang terpenting sekarang adalah pergi dari ruangan ini, menghindari NyeNye bertanya yang aneh-aneh tentang lembaran yang baru saja kututup itu. Aku tidak mau NyeNye tahu tentang penelitianku ini, karena itu akan membuatnya tersinggung, merasa bahwa selama ini aku memata-matainya jika ia berpikir negatif, atau mungkin─ia malah menganggapku fans beratnya sehingga aku melakukan penelitian tentang dia. Oh, tidak. Keduanya tidak boleh muncul dalam pikirannya.Dengan cepat aku memberesi meja belajar yang kupakai. Memasukkan kertas penelitianku di tengah-tengah tumpukan kertas yang kubawa.
“Ya sudah─kan NyeNye sekarang sudah di sini. Kalian bisa berdiskusi dengan NyeNye. Aku mau balik ke kamar. Kasihan Jeanne sendirian,” ujarku mencari alasan, agar “aksi kabur”ku tidak terlihat aneh.
Gigi putih NyeNye sekarang semakin terlihat. Ia memperlebar senyumannya, sangat siap untuk menggantikan posisiku.
***
Aku berjalan sendirian di lorong asrama menuju kamarku. Dengan perlahan-lahan, aku menaiki tangga, membawa beberapa lembar ringkasan dan buku latihan matematika yang hampir jatuh, dengan susah payah.“Perlu bantuan?” tanya seorang laki-laki dari belakangku, membuatku terlonjak kaget, sehingga buku latihan matematikaku jatuh ke kakinya.
Aku membalikkan badanku, dan mengetahui bahwa laki-laki itu adalah─Gareth.
Dia mengambil bukuku dan menaruhnya di atas tumpukan lembaran-lembaran yang aku bawa.“Thanks,” ucapku seraya tersenyum manis.
“Mau ke kamar ya?”
Aku mengangguk.
“Oh, ikut ya─aku mau nengokin Jeanne.”
Lagi-lagi aku mengangguk, lalu berjalan mendahuluinya.
“Teman-teman lagi di kamar ya?” tanyanya di sela-sela perjalanan singkat kami.
“Oh, enggak. Mereka lagi di ruang belajar, ngerjain PR matematika bareng NyeNye dan Loiz.”
“Oya, lupa─ada PR mat, ya─duh, belum ngerjain lagi.” Ia memukul pelan dahinya dengan telapak tangannya yang besar.
“Lha kamu tadi gak diajak sama NyeNye?”
“Tidak,” jawabnya segera. “Beberapa hari ini sikap NyeNye berubah. Dia seperti tidak mau bergaul denganku.”
“Oh─”
“Mending kamu aja yang masuk. Aku tunggu di luar aja,” kata Gareth, menyusutkan keinginanku untuk memberitahu dia alasan ‘mengapa NyeNye berubah seperti itu’.
Aku masuk ke kamar, lalu keluar lagi setelah beberapa saat.
“Gareth, Jeanne masih tidur tuh, mau aku bangunin apa gak?” tanyaku melihat Gareth yang sangat ingin bertemu dengan Jeanne.
“Gak, gak, gak─biarin dia tidur aja,” jawabnya segera, mencegah langkahku untuk berbalik dari hadapannya dan membangunkan Jeanne.
“Ya, udah─begini saja, nanti kalau Jeanne sudah bangun, aku bakalan bilang ke dia kalau kamu tadi nengokin dia. Nanti aku cari kamu juga, biar kamu bisa ketemu sama dia. Bagaimana?” usulku saat melihat wajahnya yang mulai terlihat sedih.“Oke, Lindsay─thanks ya.” Wajahnya bersinar kembali.
“Ya sudah, aku ke ruang belajar dulu. Mau ngerjain PR mat. Nanti kalau aku gak ada di kamar, berarti aku di sana. Oke?” sambungnya segera, lalu ia pergi setelah melihat aku mengangguk.
***
“Yah, gimana sih, kok kamu gak tutup aja pintunya, trus bilang ke Gareth yang sebenarnya?” tanya Becky tiba-tiba setelah aku selesai menceritakan kejadian sore tadi. Ia mengekspresikan kekesalannya terlalu berlebihan, mendobrak meja belajarku dan membuat beberapa bukuku melayang, termasuk buku sejarah yang membuatku balik lagi ke ruang belajar.
“Kau terlalu berlebihan,” ucapku melihat aksinya.
“Iya, nih, Becky lama-lama kayak Loiz.─alay,” kata Lotta, ikut mendukung pendapatku.
“Ah, aku kesal. Seharusnya Lindsay bilang ke Gareth. Dengan begitu, NyeNye jadi gak galau lagi, trus kita gak perlu ndengerin dia curhat dengan bahasa puitisnya itu. Iya kan Maureen?” tanya Becky, mencari pendukungnya.
Maureen hanya mengiyakan dengan malas.
“Tapi sebenarnya mereka gak jadi ketemuan. Jeanne masih tidur, jadi dia putuskan untuk tidak mengganggunya.” Aku terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Sebenarnya aku sudah punya keinginan buat cerita lagi, tapi Gareth bilang kalau dia mau ngerjain PR matematika. Jadi aku juga gak mau mengganggunya.”
“Lalu bagaimana? Aku sudah males nih, denger curhatannya NyeNye.” Encun memelas, menopang dagunya dengan kedua tangannya.
“Kau saja malas, Cun. Apalagi aku yang lebih sering dijadikan teman curhatnya. Setiap latihan sepak bola dia selalu mendekatiku dan menceritakan hal-hal yang membuatnya galau, membuatku sering terkena hukuman dari Mrs. Sam. Dan kadang, hal yang diceritakan itu sama dengan sebelumnya. Hanya saja, ia membawakannya lebih puitis,” keluh Claire, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang didudukinya.
“Kalau begitu, kita harus berusaha bilang ke Gareth tentang semua ini.” Encun mulai menyampaikan usulnya, membuat hati kami bergairah lagi.“Iya, betul kata Encun.” Becky menganggukan kepalanya.
“Setuju, setuju.” Claire ikut menyetujuinya.
“Tapi bagaimana caranya? Kita bisa menyakiti hati Jeanne,” tanyaku di sela-sela kesenangan yang terpancar di wajah mereka.
“Kok bisa menyakiti Jeanne?” tanya Encun.
“Ya, jelas─Jeanne selalu berada di samping Gareth. Kalau kita bilang ke Gareth, otomatis Jeanne ikut mendengarkannya,” jelas Lotta.
“Tapi kan Jeanne tidak selalu berada di samping Gareth, Lotta.” Encun menentang pendapatku dan Lotta.
“Hello?─mereka itu kayak mimi dan mintuna, kemana-mana selalu bersama. Duduk aja juga selalu bersebelahan.” Lotta mencibir.“Memang mereka tidur bareng?─Enggak kan?─Berarti gak selalu bareng dong,” ujar Encun kesal, warna merah semburat sudah tampak di wajah dan telinganya, seperti sudah ingin memarahi Lotta saja.
Sejenak kami tertawa mendengar ucapan Encun yang menampilkan wajah-tanpa-dosa dan polos. Lalu Maureen segera berbicara, “Well─sebenarnya ini ide yang tidak baik.” Ia berhenti beberapa detik.
“Berharap kalau Jeanne besok masih belum masuk sekolah, jadi kita bisa bilang ke Gareth kapan saja,” lanjutnya tegas, memberi solusi kepada kita.
“Aduh─kasihan juga ya Jeanne, jadi korban.” Claire berkata putus asa, menganggap bahwa ide Maureen memang satu-satunya jalan yang terbaik.
“Mau bagaimana lagi?” Maureen menatap mata kita satu per satu, meminta pendapat atas idenya.
Aku mengangguk lunglai. “Sepertinya itu yang terbaik.”
Lotta, Encun, dan Becky ikut mengangguk, bersamaan
***
And yap! How's the story? I hope you guys like it :D
The 4th chapter of Nyenye is already up, I'm gonna post it asap, okay? ^^
Thank you and God bless yaaaa O:)
Comments
Post a Comment