Nyenye : [Chapter 6] All That Left Behind

Hello guys!!!!!! :D
I'm so sorry I didn't write for a really long time. It happened because there were a lot of things I had to do from MOS and all those assignment.

However, I'm a 9 grader now! ><

Just wish me luck for this one year, okay? :D

Oh, and here's the 6th chapter of Nyenye. It takes a lot of time for me to write cause I had no idea for this chapter in the beginning. But yeah, finally it was done! ^^

So, check this out!! <3<3

***
[The previous chapter -> Chapter 5 - New Step]

Chapter 6
All That Left Behind

*Claire Millan’s Point Of View*

Two days before

            Hari itu adalah minggu ke dua di Bulan Desember. Setiap hari Sabtu pada minggu ke dua dan keempat setiap bulan, kami diberi kesempatan untuk berkeliling pulau tempat sekolah kami berada. Rencananya, aku dan seluruh teman-teman kelas 8-3 akan pergi ke Pantai Crane hari ini, pantai yang terletak tepat di belakang asrama putri. Pantai itu merupakan pantai yang indah, terutama karena kita bisa melihat matahari terbenam yang begitu indah dengan jelas disana.
            Lindsay sempat memberitahu kami bahwa sementara dia akan menghentikan penelitiannya tentang Nyenye. Entah kenapa, sih, tapi (mungkin) Nyenye sudah menemukan cewek idamannya. Girlfriend Project kami sepertinya berjalan dengan lancar!
            “Jadi, bagaimana Girlfriend Project kita? Sudah berjalan dengan baik, bukan?” tanyaku kepada teman-temanku sembari kami mempersiapkan diri menuju ke pantai.
            Aku tidak tahu apa yang sebenarnya mereka siapkan hingga aku harus menunggu begitu lama. Aku hanya memakai kaus berwarna hijau tosca favoritku dan celana hitam pendek. Aku bahkan tak membawa tas atau apapun, aku hanya membawa kamera untuk mendokumentasi terbenamnya matahari di belakang asrama kami. Foto-foto itu akan kukirimkan kepada teman-temanku di Inggris lewat email, aku yakin mereka akan iri dengan keindahan tempat ini. Walaupun aku sempat tidak berniat untuk bersekolah disini, namun akhirnya aku mengerti mengapa aku harus masuk di sekolah ini – selain menimba ilmu, kita juga bisa menikmati keindahan alam pulau terpencil di Australia ini. Sungguh menyenangkan!
            “Ya, aku sedang mengusahakannya,” kata Maureen ragu. Maureen dan teman-teman lainnya saling berpandangan. Aneh, canggung sekali.
            “Memang Nyenye belum memilih satupun diantara 5 kandidat itu?” tanyaku kemudian, “ayolah, ini seharusnya sangat mudah!” lanjutku.
            Becky menjawab, “Mungkin Nyenye bingung, atau mungkin dia sudah menyukai orang lain.” Aku dapat melihat dengan jelas saat Lindsay memberi kode kepada Becky untuk diam, “siapa tahu, kan?” lanjutnya.
            “Mungkin saja. Semoga project ini cepat selesai. Aku sudah lelah kalau harus mendengarkan keluhan-keluhan Nyenye lagi,” ujarku.
                                                                        ***
            Kami tiba di pantai kurang lebih pukul lima. Artinya, kami masih punya satu jam hingga matahari terbenam. Nyenye sudah membawa bola yang ia ambil dari kamarnya. Katanya, sih, bola itu ia simpan di bawah ranjangnya supaya tidak ketahuan housekeeping yang sedang bertugas. Anehnya, bola itu lolos dan tak pernah disita sekalipun. Hebat sekali!
            Gareth sudah menyiapkan panggangan yang juga sengaja ia bawa dari asramanya. Hari ini, kami juga akan mengadakan BBQ Party di tepi Pantai Crane. Tentu saja kami sudah ijin kepada penjaga pantai terlebih dahulu. Gareth dibantu dengan Jeanne – pacarnya yang sangat Ia sayangi itu. Jeanne membuatkan kami es kelapa muda sore itu. Rasanya, sore itu merupakan hari yang sangat menyenangkan.
            Nyenye mengajakku untuk bertanding sepakbola kali ini. Walaupun bermain bola di pantai jauh lebih sulit daripada di lapangan, namun aku tak ingin menolaknya. Tentu saja aku ingin membuktikan kepada Nyenye bahwa aku lebih hebat daripadanya. Aku mengajak Lotta, Becky, dan Encun untuk menjadi teman setimku. Sementara itu, Nyenye berkata bahwa ia dapat bermain sendiri. Katanya sih, 4 lawan 1 cukup adil baginya. Tentu saja, dia tidak ingin mengajak Loiz untuk menjadi teman setimnya. Sementara itu, Nyenye sepertinya masih berusaha menjauhi Gareth, maka dia memutuskan untuk bermain sendiri.
            Kami bermain cukup imbang. Harus kuakui, Nyenye bermain sangat bagus. Dia bisa menjadi striker, back, sayap, dan kiper dalam waktu yang bersamaan. Sementara di timku, Lotta menjadi kipernya. Dia memang cukup kewalahan untuk menghadapi serangan Nyenye yang memang (harus kuakui) sangat bagus dan cukup mematikan. Mungkin, Lotta memang tidak bisa menendang, namun paling tidak, Ia bisa menangkis bola dengan baik. Syukurlah!
            Namun tiba-tiba..
            BRUK!!!!!
             Tendangan Nyenye menghantam kepala Lotta. Tendangan itu sebenarnya tidak terlalu keras, tapi…
            “ADUHH!!!!”
            Lotta merintih kesakitan sambil memegang kepalanya. Aku berlari ke arah Lotta, “Kau tidak apa-apa, kan?” Aku dapat melihat muka Lotta yang berubah menjadi merah seketika. Nyenye pun langsung datang ke tempat Lotta merintih kesakitan.
            “Maafkan aku Lotta, itu adalah kesalahan yang tidak di senga…” kata Nyenye terputus.
            “Kau tidak tahu! Ini sakit sekali, Nye!!” Lotta berteriak tidak terima, seperti meminta pertanggung jawaban kepada Nyenye.
            “Maaf, aku benar benar tidak se..”
            “Ah terserah kau!” Lotta pun marah. Bahkan ia langsung pergi dari tempat kami. Becky dan Encun yang melihat kejadian itupun langsung memandang ketus kepada Nyenye. Nyenye yang malang, itu adalah kesalahan yang tidak disengaja.
            “Ayolah, Lotta! Itu tidak sengaja. Dalam permainan sepak bola itu sudah biasa!” ujarku pada Lotta sambil berteriak kepada Lotta yang pergi menjauh dari kami. Encun dan Becky juga mengikuti Lotta dan lekas pergi.
            “Sifat cewek pada umumnya,” ujarku pada Nyenye sambil terus memperhatikan tingkah Lotta yang masih memegang kepalanya.
            “Kadang, aku tak mengerti tingkah cewek-cewek yang terlalu manja. Lagipula, ayolah! Itu tendangan yang tak terlalu kencang!” kata Nyenye kesal. Aku hanya mengangguk-angguk setuju.
            Nyenye terlihat begitu kesal. Saking kesalnya, dia langsung mengambil dua gelas es kelapa muda buatan Jeanne yang terlihat begitu menyegarkan. Terutama setelah lelah berolahraga, es kelapa muda merupakan minuman yang paling enak untuk diminum!
            “Nih, untukmu. Ucapan terima kasih karena telah mendengarkan curhatan-curhatanku,” Nyenye menyerahkan satu gelas es kelapa muda nya untukku.
            “Terima kasih,” ujarku.
            Matahari mulai tenggelam, sungguh indah! Aku tidak lupa langsung mendokumentasikan momen tersebut. Kamera tua milikku yang sengaja kubawa tadi langsung ku pakai untuk memfoto langit pemandangan pantai yang berwarna kemerah-merahan.
            “Claire, kau tahu apa yang kusuka dari kamera?” tanya Nyenye kepadaku.
            “Tidak,” ujarku sambil terus memfoto pemandangan yang indah itu. Dapat kulihat dengan jelas, Maureen di sebelahku langsung menyempatkan diri untuk selfie. Seperti biasanya, alasannya karena pemandangannya begitu epic dan Ia tentu tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan itu untuk ber-selfie ria.
            “Kamera mendokumentasikan kenangan-kenangan yang begitu indah. Karena orang-orang atau hal yang baik yang ada di foto itu tidak akan pernah berubah apabila telah di foto, walaupun sekarang mereka telah berubah,” ujar Nyenye, bijak.
            “Tumben sekali kau bijak,” kataku.
            “Aku hanya tidak ingin pertemanan kita semua berubah, aku juga tidak ingin mengenang kebaikan kalian semua hanya lewat foto saja. Itu hanya sangat, ironi..” kata Nyenye  terputus oleh ajakan Maureen untuk berselfie bersama. Istilahnya sih vine.
            Kami semua seluruh murid kelas 8-3 berfoto bersama dengan latar belakang matahari terbenam yang begitu indah. Begitu indah seperti persahabatan kami semua hingga hari ini. Kami tahu kami tidak ingin segalanya berubah, walaupun mungkin Nyenye sedang memiliki masalah dengan Gareth dan Loiz.
            Nyenye benar, Pictures capture the best moment. Because the best thing about them is that, they never change…
            … even when the people in it, do.

                                                                        ***

One day before

            Aku melihat Becky seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Bahkan, Becky dan Encun tidak mengajakku ke perpustakaan untuk menjelajahi novel-novel tentang remaja atau bahkan menonton film bersama. Setiap Minggu, biasanya kami bertiga pergi ke perpustakaan asrama untuk mencari-cari novel terbaru yang ada di perpustakaan. Lalu kami mendapati Lotta yang secara misterius ada di antara novel-novel fantasi. Jika kami tidak ke perpustakaan, biasanya kami semua – Aku, Becky, Encun, Maureen, Lotta, Jeanne, dan Lindsay – menonton film di bioskop asrama.
            Namun berbeda dengan hari ini, tidak ada siapapun di kamar kami. Sepertinya semua orang sedang pergi. Terakhir kali aku melihat Becky pagi ini, ia sangat gugup untuk berbicara denganku. Seperti menyembunyikan sesuatu. Apa jangan-jangan mereka menyiapkan kejutan yang spesial untukku? Namun kejutan apa? Aku bahkan tidak berulang tahun hari ini!
            Aku pergi menuju ke perpustakaan seorang diri dan mendapati Lindsay, Maureen, dan Nyenye sedang berada di lorong novel khusus untuk remaja. Tidak biasanya aku menemukan mereka bertiga berada di tempat ini.
            “Oh, hai! Apa yang kalian lakukan disini?” tanyaku kepada mereka bertiga.
            Mereka terdiam sejenak, hingga akhirnya Maureen menjawab, “Kami sedang mencari novel terbaru karangan Sebastian Mich, kau tahu dimana letaknya?”
            “Novel-novel Sebastian Mich ada di lorong buku-buku sastra. Novel Sebastian Mich adalah novel lama dan dia tidak menerbitkan novel yang baru, Reen.”
            “Um, berarti kami salah masuk. Aku sebenarnya ingin mencari buku tentang sepakbola, dimana, ya letaknya?” tanya Nyenye aneh.
            “Di lorong buku-buku tentang olahraga, di dekat tangga menuju lantai atas,” jawabku, “tumben sekali kalian disini? Biasanya kalian tidak ke perpustakaan apabila tidak ada tugas dari guru-guru.”
            “Nah, maka dari itu kami ke perpustakaan hari ini. Kami sedang mencari novel remaja untuk dianalisis, untuk tugas kelas Mr. Frank itu, lho,” jelas Lindsay gugup.
            “Memang ada tugas dari Mr. Frank, ya? Sepertinya aku tidak mendengar beliau memberikan tugas itu kepada kita,” jawabku.
            Mereka terdiam untuk beberapa saat, dan hingga akhirnya Maureen dan Lindsay memutuskan untuk pergi, “Kami pergi dulu, ya!” Mereka seperti buru-buru berlari meninggalkanku dan Nyenye sendirian di lorong ini. Huh, siapa yang mau bersama dengan Nyenye sendirian sih? Tentu tidak ada yang mau!
            Nyenye seperti ingin mengatakan sesuatu sebelum akhirnya aku menyusul Maureen dan Lindsay sambil bertanya, “Kau lihat dimana Becky dan Encun? Mereka seperti menyembunyikan sesuatu dariku.”
            “Uh.. aku tidak melihat mereka. Mungkin mereka sedang di bioskop?” ujar Lindsay sambil buru-buru berlari dari lorong itu. Memang sih, lorong novel remaja memang terkenal sebagai tempat yang paling menyeramkan di seluruh perpustakaan ini. Pasti Lindsay ketakutan, aku juga kok! Makanya, aku tidak pernah mau kalau harus berada di lorong itu sendirian. Kabarnya salah satu senior pernah melihat sebuah penampakan dan mendengarkan suara-suara aneh disitu. Maklum saja, letak lorong ini di tempat paling pojok di perpustakaan. Mengerikan sekali, deh!
            Kami semua berlari hingga akhirnya keluar dari lorong novel remaja. Perpustakaan asrama kami memang sangat lebar. Di sini terdapat jutaan buku, kalian dapat mencari buku apa saja, bahkan buku berbahasa asing sekalipun! Hebat, kan?
            Aku merasa telah selamat dari bahaya saat akhirnya aku berhasil keluar dari lorong itu. Mungkin tadi Lindsay mendapat sinyal-sinyal dari Jeanne bahwa ada hantu di lorong itu lalu dia memutuskan untuk berlari. Siapa tahu?
            Aku sangat terkejut ketika mendapati Becky, Encun, dan Lotta berada di tengah-tengah perpustakaan sambil terlihat seperti mengawasi sesuatu. Mereka bahkan seperti melarang siapapun masuk ke dalam lorong yang baru saja aku masuki itu. Mereka juga terkejut melihatku berhasil keluar dari lorong novel remaja.
            “Bukannya kalian sedang berada di bioskop?” tanyaku kepada mereka bertiga. Mereka saling berpandangan.
            “Kami sedang mencarimu…” kata Encun gugup.

                                                                        ***

Three Days After

            Nyenye menyukaimu.
            “APAAAAA?!?!?!” ujarku tak percaya. Aku tak percaya hal absurd semacam ini bisa terjadi! Bagaimana bisa? Apa gerangan yang terjadi pada Nyenye? Roh jahat apa yang memasuki diri nyenye untuk.. menyukaiku (bahkan aku sangat geli mendengar kata-kata itu).
            BAGAIMANA BISAAAA?!?!
            BAGAIMANA BISAAAA?!?!
            “Maafkan kami selama ini telah menyembunyikan itu semua darimu, Claire. Kami hanya tidak ingin membuatmu menjauhi Nyenye setelah ini karena kami tahu bahwa kau lah satu satunya orang yang mampu membuatnya lupa akan masalahnya dengan Gare…”
            “Jangan sebutkan hal ituuuuuuuu!!!!” ujarku tidak terima.
            “Claire… tenang.. tenang…” kata Jeanne menenangkanku. Emosiku tidak teratur dan badanku menjadi tidak enak.
            Aku benar-benar membenci fakta ini. Mengapa harus aku? Mengapa tidak Lotta? Atau Becky? Atau Lindsay? Atau Encun? Atau Maureen? Atau bahkan… Jeanne?!?! Beribu-ribu pertanyaan berkecamuk di dadaku tanda bahwa aku tidak terima akan fakta itu.

                                                                                   ***

Three Days After

            Akhirnya training khusus untuk kejuaraan akhir musim panas ala Mrs. Sam selesai juga. Sebenarnya, latihannya tidak terlalu berat, sih. Hanya saja, sekarang kami harus latihan ekstra. Latihan yang mulanya hanya pada hari Kamis dan Sabtu sekarang bertambah menjadi Senin, Rabu, Kamis, dan Sabtu. Kata Mrs. Sam latihan bertahap 4 kali seminggu akan melincahkan dan meningkatkan percaya diri  para pemain. Durasi waktu latihan tidak selama biasanya juga. Waktu latihan yang biasanya 3 jam sekarang berkurang menjadi 2,5 jam. Jadi dalam seminggu, durasi latihan efektif kami adalah 10 jam. Menurutku, cara latihan ini memang lebih efektif. Selain itu, kami juga sudah diwajibkan tidur pukul delapan malam. Biasanya, kami diwajibkan untuk tidur dan tidak melakukan apa-apa sejak pukul Sembilan malam. Waktu istirahat memang sungguh diperlukan para pemain, terutama dalam rangka mengikuti turnamen akbar langganan sekolah ini.
            Oh iya, dengar-dengar kami sudah memenangkan 5 kali berturut-turut kejuaraan ini selama 7 kali kejuaraan diadakan. Hebat, kan? Nah, sekarang tugasku hanyalah untuk memenangkannya lagi dan tetap menjaga rekor sekolah kami sebagai tim sepak bola putri yang paling tak terkalahkan se-Australia. Aku pikir, hal itu memang sulit. Namun aku yakin, dengan dukungan teman-teman, latihan dan istirahat yang cukup, serta berserah kepada Tuhan, kami akan memenangkan kejuaraan ini lagi. Amin, deh!
            Aku melepaskan sepatu sepakbola Nike kesayanganku yang sudah aku pakai selama 1 tahun belakangan ini. Sepatu berwarna peach ini memang favoritku dan tak akan pernah tergantikan, walaupun aku tahu ada sepatu adidas keluaran terbaru yang bagus dan lebih nyaman dipakai, namun sepertinya sepatu ini sudah menjadi bagian karir sepakbolaku. Aku tak akan menggantinya sebelum rusak parah. Sepatu itu kumasukkan ke dalam tas dan aku berganti untuk memakai sepatu sneakers yang sengaja kubawa dari asrama.
            “Mereka benar-benar mengatakannya kepadamu, ya?” tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapanku.
            Dia adalah, Nyenye. Tidak!
            “Ya,” jawabku singkat. Aku sedang tidak mood untuk berbicara dengannya hari ini. Kejadian tragis itu telah membuatku menghindari Nyenye beberapa hari ini. Bahkan kami sudah tidak berbicara selama 3 hari belakangan ini. Aku yang biasanya duduk diantara Maureen dan Nyenye sekarang pindah untuk duduk di di pojok kelas, dekat dengan meja Becky.
            Mungkin kalian bertanya, sebegitu sebalnyakah aku dengan Nyenye? Jawabannya mudah – ya. Mengapa? Jangan tanya aku, aku bahkan tak mempunyai alasan yang jelas untuk melakukan itu.
            “Oke, pertama kau menyebalkan…” ujar Nyenye yang kata-katanya kupotong, “Kau lebih.”
            Nyenye nampak tidak percaya dengan apa yang kukatakan, “Sebegitu bencinyakah kau kepadaku?” Aku bahkan tidak ingin melihatnya kali ini, jadi aku sibuk berkutat dengan sepatu bola dan sneakersku yang talinya sejak tadi kulepas dan kupasang berulang-ulang. Berlagak sok sibuk adalah apa yang kupikirkan kali ini. Bahkan di saat Nyenye berusaha untuk menjelaskan sesuatu kepadaku, aku berulang-ulang menyapa anggota tim ku yang berlalu lalang di depanku sambil melambaikan tangan. Terlalu jahat memang.
            Oh, ngomong-ngomong, pertanyaan Nyenye yang terakhir tadi belum aku jawab dan pertanyaan itu seperti melayang ke udara begitu saja. Jujur, aku tidak tahu harus menjawab apa.
            “Biarkan aku menjelaskan semua ini, Claire,” ujar Nyenye seperti memohon kepadaku. Uh, dramatis sekali ya? Aku tidak merespon perkataannya dan tetap sibuk dengan sneakers yang sebenarnya tidak bermasalah.
            “Aku tidak tahu mengapa ataupun kapan tepatnya hal itu terjadi tapi aku mohon supaya kau tidak bertindak seperti itu karena hal itu hanya akan membuatku kacau dan sekali lagi maafkan aku dan…” perkataan Nyenye begitu panjang lebar. Aku bahkan tidak mengerti sejak kapan Nyenye bisa menjadi sosok yang ‘seperti ini’.
            Aku menyela perkataanya, “Maafkan aku juga.”

           Lalu aku pergi meninggalkannya dengan harapan bahwa aku tidak ingin mendengarkan penjelasannya lagi.

            Apa selama ini laki-laki dan perempuan tidak bisa sekedar menjadi teman baik?

            Bahkan aku tidak bisa menjawab teka-teki itu.

And all my friends have gone to find
Another place to let their hearts collide
Just promise me, you’ll always be a friend
Cause you are the only one

***

Well, yeah. It's a little bit dramatic but, I hope you like it guys :D
Lots of thanks from all the authors anyway - Me, Via, Sekar, and Febby

See you guys soon! ^^

Comments

Popular posts from this blog

A Thing About Yogyakarta, 2024

Elixir: [Track 6] Used to Me

Elixir : [Track 5] Yesterday Once More