Nyenye : [Chapter 6] All That Left Behind
Hello guys!!!!!! :D
I'm so sorry I didn't write for a really long time. It happened because there were a lot of things I had to do from MOS and all those assignment.
However, I'm a 9 grader now! ><
Just wish me luck for this one year, okay? :D
Oh, and here's the 6th chapter of Nyenye. It takes a lot of time for me to write cause I had no idea for this chapter in the beginning. But yeah, finally it was done! ^^
So, check this out!! <3<3
***
[The previous chapter -> Chapter 5 - New Step]
***
One day before
***
Three Days After
Akhirnya training khusus untuk kejuaraan akhir musim panas ala Mrs. Sam selesai juga. Sebenarnya, latihannya tidak terlalu berat, sih. Hanya saja, sekarang kami harus latihan ekstra. Latihan yang mulanya hanya pada hari Kamis dan Sabtu sekarang bertambah menjadi Senin, Rabu, Kamis, dan Sabtu. Kata Mrs. Sam latihan bertahap 4 kali seminggu akan melincahkan dan meningkatkan percaya diri para pemain. Durasi waktu latihan tidak selama biasanya juga. Waktu latihan yang biasanya 3 jam sekarang berkurang menjadi 2,5 jam. Jadi dalam seminggu, durasi latihan efektif kami adalah 10 jam. Menurutku, cara latihan ini memang lebih efektif. Selain itu, kami juga sudah diwajibkan tidur pukul delapan malam. Biasanya, kami diwajibkan untuk tidur dan tidak melakukan apa-apa sejak pukul Sembilan malam. Waktu istirahat memang sungguh diperlukan para pemain, terutama dalam rangka mengikuti turnamen akbar langganan sekolah ini.
***
Well, yeah. It's a little bit dramatic but, I hope you like it guys :D
Lots of thanks from all the authors anyway - Me, Via, Sekar, and Febby
See you guys soon! ^^
I'm so sorry I didn't write for a really long time. It happened because there were a lot of things I had to do from MOS and all those assignment.
However, I'm a 9 grader now! ><
Just wish me luck for this one year, okay? :D
Oh, and here's the 6th chapter of Nyenye. It takes a lot of time for me to write cause I had no idea for this chapter in the beginning. But yeah, finally it was done! ^^
So, check this out!! <3<3
***
[The previous chapter -> Chapter 5 - New Step]
Chapter 6
All That Left Behind
*Claire Millan’s Point Of View*
Two days before
Hari itu adalah minggu ke dua di Bulan Desember. Setiap hari Sabtu pada
minggu ke dua dan keempat setiap bulan, kami diberi kesempatan untuk
berkeliling pulau tempat sekolah kami berada. Rencananya, aku dan seluruh
teman-teman kelas 8-3 akan pergi ke Pantai Crane hari ini, pantai yang terletak
tepat di belakang asrama putri. Pantai itu merupakan pantai yang indah,
terutama karena kita bisa melihat matahari terbenam yang begitu indah dengan
jelas disana.
Lindsay
sempat memberitahu kami bahwa sementara dia akan menghentikan penelitiannya
tentang Nyenye. Entah kenapa, sih, tapi (mungkin) Nyenye sudah menemukan cewek
idamannya. Girlfriend Project kami
sepertinya berjalan dengan lancar!
“Jadi,
bagaimana Girlfriend Project kita?
Sudah berjalan dengan baik, bukan?” tanyaku kepada teman-temanku sembari kami
mempersiapkan diri menuju ke pantai.
Aku
tidak tahu apa yang sebenarnya mereka siapkan hingga aku harus menunggu begitu
lama. Aku hanya memakai kaus berwarna hijau tosca favoritku dan celana hitam
pendek. Aku bahkan tak membawa tas atau apapun, aku hanya membawa kamera untuk
mendokumentasi terbenamnya matahari di belakang asrama kami. Foto-foto itu akan
kukirimkan kepada teman-temanku di Inggris lewat email, aku yakin mereka akan
iri dengan keindahan tempat ini. Walaupun aku sempat tidak berniat untuk bersekolah
disini, namun akhirnya aku mengerti mengapa aku harus masuk di sekolah ini –
selain menimba ilmu, kita juga bisa menikmati keindahan alam pulau terpencil di
Australia ini. Sungguh menyenangkan!
“Ya,
aku sedang mengusahakannya,” kata Maureen ragu. Maureen dan teman-teman lainnya
saling berpandangan. Aneh, canggung sekali.
“Memang
Nyenye belum memilih satupun diantara 5 kandidat itu?” tanyaku kemudian, “ayolah,
ini seharusnya sangat mudah!” lanjutku.
Becky
menjawab, “Mungkin Nyenye bingung, atau mungkin dia sudah menyukai orang lain.”
Aku dapat melihat dengan jelas saat Lindsay memberi kode kepada Becky untuk
diam, “siapa tahu, kan?” lanjutnya.
“Mungkin
saja. Semoga project ini cepat selesai. Aku sudah lelah kalau harus
mendengarkan keluhan-keluhan Nyenye lagi,” ujarku.
***
Kami
tiba di pantai kurang lebih pukul lima. Artinya, kami masih punya satu jam
hingga matahari terbenam. Nyenye sudah membawa bola yang ia ambil dari kamarnya.
Katanya, sih, bola itu ia simpan di bawah ranjangnya supaya tidak ketahuan housekeeping yang sedang bertugas.
Anehnya, bola itu lolos dan tak pernah disita sekalipun. Hebat sekali!
Gareth
sudah menyiapkan panggangan yang juga sengaja ia bawa dari asramanya. Hari ini,
kami juga akan mengadakan BBQ Party di
tepi Pantai Crane. Tentu saja kami sudah ijin kepada penjaga pantai terlebih
dahulu. Gareth dibantu dengan Jeanne – pacarnya yang sangat Ia sayangi itu.
Jeanne membuatkan kami es kelapa muda sore itu. Rasanya, sore itu merupakan
hari yang sangat menyenangkan.
Nyenye
mengajakku untuk bertanding sepakbola kali ini. Walaupun bermain bola di pantai
jauh lebih sulit daripada di lapangan, namun aku tak ingin menolaknya. Tentu
saja aku ingin membuktikan kepada Nyenye bahwa aku lebih hebat daripadanya. Aku
mengajak Lotta, Becky, dan Encun untuk menjadi teman setimku. Sementara itu,
Nyenye berkata bahwa ia dapat bermain sendiri. Katanya sih, 4 lawan 1 cukup
adil baginya. Tentu saja, dia tidak ingin mengajak Loiz untuk menjadi teman
setimnya. Sementara itu, Nyenye sepertinya masih berusaha menjauhi Gareth, maka
dia memutuskan untuk bermain sendiri.
Kami
bermain cukup imbang. Harus kuakui, Nyenye bermain sangat bagus. Dia bisa
menjadi striker, back, sayap, dan kiper dalam waktu yang bersamaan. Sementara
di timku, Lotta menjadi kipernya. Dia memang cukup kewalahan untuk menghadapi
serangan Nyenye yang memang (harus kuakui) sangat bagus dan cukup mematikan.
Mungkin, Lotta memang tidak bisa menendang, namun paling tidak, Ia bisa
menangkis bola dengan baik. Syukurlah!
Namun
tiba-tiba..
BRUK!!!!!
Tendangan Nyenye menghantam kepala Lotta. Tendangan
itu sebenarnya tidak terlalu keras, tapi…
“ADUHH!!!!”
Lotta
merintih kesakitan sambil memegang kepalanya. Aku berlari ke arah Lotta, “Kau
tidak apa-apa, kan?” Aku dapat melihat muka Lotta yang berubah menjadi merah
seketika. Nyenye pun langsung datang ke tempat Lotta merintih kesakitan.
“Maafkan
aku Lotta, itu adalah kesalahan yang tidak di senga…” kata Nyenye terputus.
“Kau
tidak tahu! Ini sakit sekali, Nye!!” Lotta berteriak tidak terima, seperti
meminta pertanggung jawaban kepada Nyenye.
“Maaf,
aku benar benar tidak se..”
“Ah
terserah kau!” Lotta pun marah. Bahkan ia langsung pergi dari tempat kami.
Becky dan Encun yang melihat kejadian itupun langsung memandang ketus kepada
Nyenye. Nyenye yang malang, itu adalah kesalahan yang tidak disengaja.
“Ayolah,
Lotta! Itu tidak sengaja. Dalam permainan sepak bola itu sudah biasa!” ujarku
pada Lotta sambil berteriak kepada Lotta yang pergi menjauh dari kami. Encun
dan Becky juga mengikuti Lotta dan lekas pergi.
“Sifat
cewek pada umumnya,” ujarku pada Nyenye sambil terus memperhatikan tingkah
Lotta yang masih memegang kepalanya.
“Kadang,
aku tak mengerti tingkah cewek-cewek yang terlalu manja. Lagipula, ayolah! Itu
tendangan yang tak terlalu kencang!” kata Nyenye kesal. Aku hanya
mengangguk-angguk setuju.
Nyenye
terlihat begitu kesal. Saking kesalnya, dia langsung mengambil dua gelas es
kelapa muda buatan Jeanne yang terlihat begitu menyegarkan. Terutama setelah
lelah berolahraga, es kelapa muda merupakan minuman yang paling enak untuk
diminum!
“Nih,
untukmu. Ucapan terima kasih karena telah mendengarkan curhatan-curhatanku,”
Nyenye menyerahkan satu gelas es kelapa muda nya untukku.
“Terima
kasih,” ujarku.
Matahari
mulai tenggelam, sungguh indah! Aku tidak lupa langsung mendokumentasikan momen
tersebut. Kamera tua milikku yang sengaja kubawa tadi langsung ku pakai untuk
memfoto langit pemandangan pantai yang berwarna kemerah-merahan.
“Claire,
kau tahu apa yang kusuka dari kamera?” tanya Nyenye kepadaku.
“Tidak,”
ujarku sambil terus memfoto pemandangan yang indah itu. Dapat kulihat dengan
jelas, Maureen di sebelahku langsung menyempatkan diri untuk selfie. Seperti biasanya, alasannya
karena pemandangannya begitu epic dan
Ia tentu tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan itu untuk ber-selfie ria.
“Kamera
mendokumentasikan kenangan-kenangan yang begitu indah. Karena orang-orang atau
hal yang baik yang ada di foto itu tidak akan pernah berubah apabila telah di
foto, walaupun sekarang mereka telah berubah,” ujar Nyenye, bijak.
“Tumben
sekali kau bijak,” kataku.
“Aku
hanya tidak ingin pertemanan kita semua berubah, aku juga tidak ingin mengenang
kebaikan kalian semua hanya lewat foto saja. Itu hanya sangat, ironi..” kata
Nyenye terputus oleh ajakan Maureen
untuk berselfie bersama. Istilahnya sih vine.
Kami
semua seluruh murid kelas 8-3 berfoto bersama dengan latar belakang matahari
terbenam yang begitu indah. Begitu indah seperti persahabatan kami semua hingga
hari ini. Kami tahu kami tidak ingin segalanya berubah, walaupun mungkin Nyenye
sedang memiliki masalah dengan Gareth dan Loiz.
Nyenye
benar, Pictures capture the best moment.
Because the best thing about them is that, they never change…
… even when the people in it, do.
***
One day before
Aku
melihat Becky seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Bahkan, Becky dan Encun
tidak mengajakku ke perpustakaan untuk menjelajahi novel-novel tentang remaja
atau bahkan menonton film bersama. Setiap Minggu, biasanya kami bertiga pergi
ke perpustakaan asrama untuk mencari-cari novel terbaru yang ada di
perpustakaan. Lalu kami mendapati Lotta yang secara misterius ada di antara novel-novel
fantasi. Jika kami tidak ke perpustakaan, biasanya kami semua – Aku, Becky,
Encun, Maureen, Lotta, Jeanne, dan Lindsay – menonton film di bioskop asrama.
Namun
berbeda dengan hari ini, tidak ada siapapun di kamar kami. Sepertinya semua
orang sedang pergi. Terakhir kali aku melihat Becky pagi ini, ia sangat gugup
untuk berbicara denganku. Seperti menyembunyikan sesuatu. Apa jangan-jangan
mereka menyiapkan kejutan yang spesial untukku? Namun kejutan apa? Aku bahkan
tidak berulang tahun hari ini!
Aku
pergi menuju ke perpustakaan seorang diri dan mendapati Lindsay, Maureen, dan
Nyenye sedang berada di lorong novel khusus untuk remaja. Tidak biasanya aku
menemukan mereka bertiga berada di tempat ini.
“Oh,
hai! Apa yang kalian lakukan disini?” tanyaku kepada mereka bertiga.
Mereka
terdiam sejenak, hingga akhirnya Maureen menjawab, “Kami sedang mencari novel
terbaru karangan Sebastian Mich, kau tahu dimana letaknya?”
“Novel-novel
Sebastian Mich ada di lorong buku-buku sastra. Novel Sebastian Mich adalah
novel lama dan dia tidak menerbitkan novel yang baru, Reen.”
“Um,
berarti kami salah masuk. Aku sebenarnya ingin mencari buku tentang sepakbola,
dimana, ya letaknya?” tanya Nyenye aneh.
“Di
lorong buku-buku tentang olahraga, di dekat tangga menuju lantai atas,”
jawabku, “tumben sekali kalian disini? Biasanya kalian tidak ke perpustakaan
apabila tidak ada tugas dari guru-guru.”
“Nah,
maka dari itu kami ke perpustakaan hari ini. Kami sedang mencari novel remaja
untuk dianalisis, untuk tugas kelas Mr. Frank itu, lho,” jelas Lindsay gugup.
“Memang
ada tugas dari Mr. Frank, ya? Sepertinya aku tidak mendengar beliau memberikan
tugas itu kepada kita,” jawabku.
Mereka
terdiam untuk beberapa saat, dan hingga akhirnya Maureen dan Lindsay memutuskan
untuk pergi, “Kami pergi dulu, ya!” Mereka seperti buru-buru berlari
meninggalkanku dan Nyenye sendirian di lorong ini. Huh, siapa yang mau bersama
dengan Nyenye sendirian sih? Tentu tidak ada yang mau!
Nyenye
seperti ingin mengatakan sesuatu sebelum akhirnya aku menyusul Maureen dan
Lindsay sambil bertanya, “Kau lihat dimana Becky dan Encun? Mereka seperti
menyembunyikan sesuatu dariku.”
“Uh..
aku tidak melihat mereka. Mungkin mereka sedang di bioskop?” ujar Lindsay
sambil buru-buru berlari dari lorong itu. Memang sih, lorong novel remaja memang
terkenal sebagai tempat yang paling menyeramkan di seluruh perpustakaan ini.
Pasti Lindsay ketakutan, aku juga kok! Makanya, aku tidak pernah mau kalau
harus berada di lorong itu sendirian. Kabarnya salah satu senior pernah melihat
sebuah penampakan dan mendengarkan suara-suara aneh disitu. Maklum saja, letak
lorong ini di tempat paling pojok di perpustakaan. Mengerikan sekali, deh!
Kami
semua berlari hingga akhirnya keluar dari lorong novel remaja. Perpustakaan
asrama kami memang sangat lebar. Di sini terdapat jutaan buku, kalian dapat
mencari buku apa saja, bahkan buku berbahasa asing sekalipun! Hebat, kan?
Aku
merasa telah selamat dari bahaya saat akhirnya aku berhasil keluar dari lorong
itu. Mungkin tadi Lindsay mendapat sinyal-sinyal dari Jeanne bahwa ada hantu di
lorong itu lalu dia memutuskan untuk berlari. Siapa tahu?
Aku
sangat terkejut ketika mendapati Becky, Encun, dan Lotta berada di
tengah-tengah perpustakaan sambil terlihat seperti mengawasi sesuatu. Mereka
bahkan seperti melarang siapapun masuk ke dalam lorong yang baru saja aku
masuki itu. Mereka juga terkejut melihatku berhasil keluar dari lorong novel
remaja.
“Bukannya
kalian sedang berada di bioskop?” tanyaku kepada mereka bertiga. Mereka saling
berpandangan.
“Kami
sedang mencarimu…” kata Encun gugup.
***
Three Days After
Nyenye menyukaimu.
“APAAAAA?!?!?!”
ujarku tak percaya. Aku tak percaya hal absurd semacam ini bisa terjadi!
Bagaimana bisa? Apa gerangan yang terjadi pada Nyenye? Roh jahat apa yang
memasuki diri nyenye untuk.. menyukaiku (bahkan aku sangat geli mendengar kata-kata
itu).
BAGAIMANA
BISAAAA?!?!
BAGAIMANA
BISAAAA?!?!
“Maafkan
kami selama ini telah menyembunyikan itu semua darimu, Claire. Kami hanya tidak
ingin membuatmu menjauhi Nyenye setelah ini karena kami tahu bahwa kau lah satu
satunya orang yang mampu membuatnya lupa akan masalahnya dengan Gare…”
“Jangan
sebutkan hal ituuuuuuuu!!!!” ujarku tidak terima.
“Claire…
tenang.. tenang…” kata Jeanne menenangkanku. Emosiku tidak teratur dan badanku
menjadi tidak enak.
Aku
benar-benar membenci fakta ini. Mengapa harus aku? Mengapa tidak Lotta? Atau
Becky? Atau Lindsay? Atau Encun? Atau Maureen? Atau bahkan… Jeanne?!?!
Beribu-ribu pertanyaan berkecamuk di dadaku tanda bahwa aku tidak terima akan
fakta itu.
***
Three Days After
Akhirnya training khusus untuk kejuaraan akhir musim panas ala Mrs. Sam selesai juga. Sebenarnya, latihannya tidak terlalu berat, sih. Hanya saja, sekarang kami harus latihan ekstra. Latihan yang mulanya hanya pada hari Kamis dan Sabtu sekarang bertambah menjadi Senin, Rabu, Kamis, dan Sabtu. Kata Mrs. Sam latihan bertahap 4 kali seminggu akan melincahkan dan meningkatkan percaya diri para pemain. Durasi waktu latihan tidak selama biasanya juga. Waktu latihan yang biasanya 3 jam sekarang berkurang menjadi 2,5 jam. Jadi dalam seminggu, durasi latihan efektif kami adalah 10 jam. Menurutku, cara latihan ini memang lebih efektif. Selain itu, kami juga sudah diwajibkan tidur pukul delapan malam. Biasanya, kami diwajibkan untuk tidur dan tidak melakukan apa-apa sejak pukul Sembilan malam. Waktu istirahat memang sungguh diperlukan para pemain, terutama dalam rangka mengikuti turnamen akbar langganan sekolah ini.
Oh
iya, dengar-dengar kami sudah memenangkan 5 kali berturut-turut kejuaraan ini
selama 7 kali kejuaraan diadakan. Hebat, kan? Nah, sekarang tugasku hanyalah
untuk memenangkannya lagi dan tetap menjaga rekor sekolah kami sebagai tim
sepak bola putri yang paling tak terkalahkan se-Australia. Aku pikir, hal itu
memang sulit. Namun aku yakin, dengan dukungan teman-teman, latihan dan
istirahat yang cukup, serta berserah kepada Tuhan, kami akan memenangkan
kejuaraan ini lagi. Amin, deh!
Aku
melepaskan sepatu sepakbola Nike
kesayanganku yang sudah aku pakai selama 1 tahun belakangan ini. Sepatu
berwarna peach ini memang favoritku
dan tak akan pernah tergantikan, walaupun aku tahu ada sepatu adidas keluaran terbaru yang bagus dan
lebih nyaman dipakai, namun sepertinya sepatu ini sudah menjadi bagian karir
sepakbolaku. Aku tak akan menggantinya sebelum rusak parah. Sepatu itu
kumasukkan ke dalam tas dan aku berganti untuk memakai sepatu sneakers yang sengaja kubawa dari
asrama.
“Mereka
benar-benar mengatakannya kepadamu, ya?” tanya seseorang yang tiba-tiba muncul
di hadapanku.
Dia
adalah, Nyenye. Tidak!
“Ya,”
jawabku singkat. Aku sedang tidak mood untuk berbicara dengannya hari ini.
Kejadian tragis itu telah membuatku menghindari Nyenye beberapa hari ini.
Bahkan kami sudah tidak berbicara selama 3 hari belakangan ini. Aku yang
biasanya duduk diantara Maureen dan Nyenye sekarang pindah untuk duduk di di
pojok kelas, dekat dengan meja Becky.
Mungkin
kalian bertanya, sebegitu sebalnyakah aku dengan Nyenye? Jawabannya mudah – ya.
Mengapa? Jangan tanya aku, aku bahkan tak mempunyai alasan yang jelas untuk
melakukan itu.
“Oke,
pertama kau menyebalkan…” ujar Nyenye yang kata-katanya kupotong, “Kau lebih.”
Nyenye
nampak tidak percaya dengan apa yang kukatakan, “Sebegitu bencinyakah kau
kepadaku?” Aku bahkan tidak ingin melihatnya kali ini, jadi aku sibuk berkutat
dengan sepatu bola dan sneakersku
yang talinya sejak tadi kulepas dan kupasang berulang-ulang. Berlagak sok sibuk
adalah apa yang kupikirkan kali ini. Bahkan di saat Nyenye berusaha untuk
menjelaskan sesuatu kepadaku, aku berulang-ulang menyapa anggota tim ku yang
berlalu lalang di depanku sambil melambaikan tangan. Terlalu jahat memang.
Oh,
ngomong-ngomong, pertanyaan Nyenye yang terakhir tadi belum aku jawab dan
pertanyaan itu seperti melayang ke udara begitu saja. Jujur, aku tidak tahu
harus menjawab apa.
“Biarkan
aku menjelaskan semua ini, Claire,” ujar Nyenye seperti memohon kepadaku. Uh,
dramatis sekali ya? Aku tidak merespon perkataannya dan tetap sibuk dengan sneakers yang sebenarnya tidak
bermasalah.
“Aku
tidak tahu mengapa ataupun kapan tepatnya hal itu terjadi tapi aku mohon supaya
kau tidak bertindak seperti itu karena hal itu hanya akan membuatku kacau dan
sekali lagi maafkan aku dan…” perkataan Nyenye begitu panjang lebar. Aku bahkan
tidak mengerti sejak kapan Nyenye bisa menjadi sosok yang ‘seperti ini’.
Aku
menyela perkataanya, “Maafkan aku juga.”
Lalu
aku pergi meninggalkannya dengan harapan bahwa aku tidak ingin mendengarkan
penjelasannya lagi.
Apa
selama ini laki-laki dan perempuan tidak bisa sekedar menjadi teman baik?
Bahkan
aku tidak bisa menjawab teka-teki itu.
And all my friends have gone to find
Another place to let their hearts collide
Just promise me, you’ll always be a friend
Cause you are the only one
***
Well, yeah. It's a little bit dramatic but, I hope you like it guys :D
Lots of thanks from all the authors anyway - Me, Via, Sekar, and Febby
See you guys soon! ^^
Comments
Post a Comment