First We Met : Who are you?
Hai.
Ingat aku?
Mungkin kau bahkan tak tahu siapa namaku, oh tenang, aku sebenarnya juga tak yakin tentang namamu.
Tapi, entah kenapa aku masih yakin kalau kau mengetahuiku.
Ingat aku?
Mungkin kau bahkan tak tahu siapa namaku, oh tenang, aku sebenarnya juga tak yakin tentang namamu.
Tapi, entah kenapa aku masih yakin kalau kau mengetahuiku.
Aku mengetahuimu saat itu, di hari apa akupun tak terlalu yakin. Aku bukan tipe pengingat yang baik.
Kamu melihatku?
Awalnya sih sebenarnya tidak.
Aku yang tak sengaja melihatmu saat itu, lalu mengabaikanmu lagi.
Sebenarnya, aku hanya bosan saja lalu melihat ke kanan dan ke kiri, dan aku melihatmu.
Kamu duduk di beberapa kursi sebelahku.
Kalau dilihat lihat sih, sepertinya sosokmu itu begitu misterius dan tidak banyak bicara.
Tapi, yap, saat itu aku benar benar tak terlalu peduli dengan keadaan sekitar, lebih memilih melanjutkan membaca novel baruku ketimbang memperhatikan secara detail tentang semua orang.
Kamu melihatku?
Awalnya sih sebenarnya tidak.
Aku yang tak sengaja melihatmu saat itu, lalu mengabaikanmu lagi.
Sebenarnya, aku hanya bosan saja lalu melihat ke kanan dan ke kiri, dan aku melihatmu.
Kamu duduk di beberapa kursi sebelahku.
Kalau dilihat lihat sih, sepertinya sosokmu itu begitu misterius dan tidak banyak bicara.
Tapi, yap, saat itu aku benar benar tak terlalu peduli dengan keadaan sekitar, lebih memilih melanjutkan membaca novel baruku ketimbang memperhatikan secara detail tentang semua orang.
Namun, entahlah, apa ini cuma perasaanku saja atau memang benar terjadi, seperti ada seseorang yang melihat ke arahku; membuatku benar-benar tidak nyaman saat membaca novel baruku itu.
Aku melihat ke arah kiri.
Ah, ternyata itu kau. Pandangan mata kita saling bertemu satu sama lain.
Konyol, bukan?
Tapi memang benar itu terjadi, seperti film film dan novel novel saja. Anehnya, ini kenyataan.
Aku melihat ke arah kiri.
Ah, ternyata itu kau. Pandangan mata kita saling bertemu satu sama lain.
Konyol, bukan?
Tapi memang benar itu terjadi, seperti film film dan novel novel saja. Anehnya, ini kenyataan.
Entah benar atau tidak, kau tersenyum kecil saat menyadari kalau kita saling melihat satu sama lain.
Aku bingung, aku kembali melanjutkan membaca novel baruku.
Itu adalah pertama kalinya aku melihatmu.
Aku bingung, aku kembali melanjutkan membaca novel baruku.
Itu adalah pertama kalinya aku melihatmu.
Beberapa hari kemudian, aku menemuimu di tempat yang sama.
Aku sedang menunggu dan duduk di salah satu kursi, melihat-lihat ke kanan dan ke kiri.
Lalu aku sadar, ternyata disana ada sosokmu lagi. Misterius sekali memang.
Yap, aku tidak terlalu memperdulikan itu lagi. Mungkin ini hanya sebuah kebetulan.
Aku sedang menunggu dan duduk di salah satu kursi, melihat-lihat ke kanan dan ke kiri.
Lalu aku sadar, ternyata disana ada sosokmu lagi. Misterius sekali memang.
Yap, aku tidak terlalu memperdulikan itu lagi. Mungkin ini hanya sebuah kebetulan.
Namun entah kenapa, pandangan mata kita saling bertemu lagi. Oke, ini benar benar konyol.
Hanya beberapa detik saja, namun aku tahu pasti bahwa kau benar-benar tersenyum, senyum kecil itu lagi.
Tak terlalu manis, biasa saja sih.
Benar, ini memang sekedar kebetulan saja.
Bedanya, kali ini aku membalasnya,aku tersenyum kecil pula.
Hanya beberapa detik saja, namun aku tahu pasti bahwa kau benar-benar tersenyum, senyum kecil itu lagi.
Tak terlalu manis, biasa saja sih.
Benar, ini memang sekedar kebetulan saja.
Bedanya, kali ini aku membalasnya,aku tersenyum kecil pula.
Aku tidak mengerti mengapa, tapi semenjak itu aku menjadi semakin penasaran.
Sebenarnya, siapa sih sosokmu itu?
Aku hanya tidak enak kalau mungkin ternyata kamu adalah teman lamaku atau tetanggaku atau siapapun yang sudah pernah mengenalku.
Kamu masuk ke salah satu ruang studio hari itu, aku melihatmu dari belakang.
Bukan, aku bahkan tidak mengenalmu.
Aku belum pernah melihat sosokmu sebelumnya, sebelum pertemuan pertama itu terjadi, senyuman dan tatapan pertama itu terjadi.
Jadi, siapa sebenarnya kau itu?
Entahlah..
Sebenarnya, siapa sih sosokmu itu?
Aku hanya tidak enak kalau mungkin ternyata kamu adalah teman lamaku atau tetanggaku atau siapapun yang sudah pernah mengenalku.
Kamu masuk ke salah satu ruang studio hari itu, aku melihatmu dari belakang.
Bukan, aku bahkan tidak mengenalmu.
Aku belum pernah melihat sosokmu sebelumnya, sebelum pertemuan pertama itu terjadi, senyuman dan tatapan pertama itu terjadi.
Jadi, siapa sebenarnya kau itu?
Entahlah..
Yang lebih aneh lagi, esoknya, aku bertemu denganmu lagi.
Aku mendapati kau sedang bermain gitar di salah satu panggung kecil.
Kau tampak menikmati musiknya.
Aku melihat kau menghentakkan kakimu mengikuti irama drum.
Jari jarimu nampak lihai memetik senar senar gitar, sepertinya kau sudah ahli dalam memainkannya.
Kepalamu ikut enjoy dengan musik yang kau dan teman temanmu bawakan.
Kau terlihat keren dengan gitar itu, dengan penampilanmu yang simple itu.
Aku mendapati kau sedang bermain gitar di salah satu panggung kecil.
Kau tampak menikmati musiknya.
Aku melihat kau menghentakkan kakimu mengikuti irama drum.
Jari jarimu nampak lihai memetik senar senar gitar, sepertinya kau sudah ahli dalam memainkannya.
Kepalamu ikut enjoy dengan musik yang kau dan teman temanmu bawakan.
Kau terlihat keren dengan gitar itu, dengan penampilanmu yang simple itu.
Aku baru teringat, saat pertama kali aku melihatmu, kau membawa gitar. Gitar itu kau jadikan sandaran dagumu yang tyrus itu.
Saat itu terpasang earphone di telingamu, kau nampak menikmati musikmu. Lalu pandangan kita saling bertemu.
Saat itu terpasang earphone di telingamu, kau nampak menikmati musikmu. Lalu pandangan kita saling bertemu.
Saat aku - turut - menikmati musik yang kau bawakan, aku bisa menyadari kalau kau sedang melihat ke arahku.
Atau mungkin kau melihatku.
Saat itu pandangan kita bertemu lagi, konyol sekali. Aku tidak tahu kalau pandangan mata bisa menjadi sekonyol itu.
Saat aku melihatmu, kau tersenyum kecil lagi ke arahku dari atas panggung. Aku membalas senyuman itu dengan anggapan : mungkin aku pernah mengenalmu namun aku lupa denganmu.
Atau mungkin kau melihatku.
Saat itu pandangan kita bertemu lagi, konyol sekali. Aku tidak tahu kalau pandangan mata bisa menjadi sekonyol itu.
Saat aku melihatmu, kau tersenyum kecil lagi ke arahku dari atas panggung. Aku membalas senyuman itu dengan anggapan : mungkin aku pernah mengenalmu namun aku lupa denganmu.
Semakin lama, senyuman itu terasa begitu manis, keren, dan langka, terutama senyuman itu dari sosok misterius - yang - mungkin - pernah - mengenalku - namun - aku - tak - ingat - dan - mengenalnya - yang - begitu - keren - dan - yap aku yakin kau tahu kelanjutannya. Kau bisa menilai dirimu sendiri bukan?
Aku memandangimu lagi sambil mencoba mengingat-ingat lagi siapa dirimu.
Sepertinya aku tidak pernah mengenalmu, namun kenapa lagakmu seperti : Hey kita pernah mengenal satu sama lain!
Aku mengingat ingat lagi, hasilnya nihil.
Sosokmu itu, ah, aku bahkan tak sanggup kalau harus menjelaskannya dengan kata-kata.
Mungkin saja, aku lupa.
Sepertinya aku tidak pernah mengenalmu, namun kenapa lagakmu seperti : Hey kita pernah mengenal satu sama lain!
Aku mengingat ingat lagi, hasilnya nihil.
Sosokmu itu, ah, aku bahkan tak sanggup kalau harus menjelaskannya dengan kata-kata.
Mungkin saja, aku lupa.
Cerita itu memang konyol, aku tahu. Senyuman itu, pandangan itu, sosokmu yang misterius itu. Ah, sebenarnya siapa sih, kamu?
Bukannya bagaimana begitu, namun sepertinya kita belum pernah saling mengenal satu sama lain.
Bukannya bagaimana begitu, namun sepertinya kita belum pernah saling mengenal satu sama lain.
Pagi itu, aku menyusuri sebuah sekolah besar yang begitu asing bagiku.
Aku kebingungan, tak tahu arah.
Mencoba mencari petunjuk yang jelas, namun aku tak cukup mengerti.
Saat itu akhirnya aku bertemu temanku, paling tidak aku tak tersesat parah.
Aku kebingungan, tak tahu arah.
Mencoba mencari petunjuk yang jelas, namun aku tak cukup mengerti.
Saat itu akhirnya aku bertemu temanku, paling tidak aku tak tersesat parah.
Aku mencoba duduk di sebuah kursi kecil.
Lalu, aku tak menyangka pertemuan ini terjadi.
Aku melihat sosokmu tadi, sungguh tadi kau ada.
Ah, tak mungkin. Mana mungkin dia ada disini? Mungkin cuma halusinasiku saja
Lalu, aku tak menyangka pertemuan ini terjadi.
Aku melihat sosokmu tadi, sungguh tadi kau ada.
Ah, tak mungkin. Mana mungkin dia ada disini? Mungkin cuma halusinasiku saja
Di saat acara pentas seni dimulai, aku bisa dengan jelas melihatmu di panggung.
Kau memakai seragam sekolahmu, dilengkapi dengan blazer berwarna biru gelap yang terlihat pas untuk kau pakai.
Kau, iya, kau begitu, um.. aku belum pernah memberikan kata ini kepada orang orang sebelumnya, ya, tampan.
Kau memakai seragam sekolahmu, dilengkapi dengan blazer berwarna biru gelap yang terlihat pas untuk kau pakai.
Kau, iya, kau begitu, um.. aku belum pernah memberikan kata ini kepada orang orang sebelumnya, ya, tampan.
Saat itu kau nampak sibuk mengurusi segalanya, dari sound system, bagian check music, dan apapun yang berhubungan dengan panggung itu.
Jujur saja, aku masih tak percaya kalau kita bertemu lagi, setelah sekian lama.
Oh, mungkin kau bersekolah disini.
Nah, benar!
Jujur saja, aku masih tak percaya kalau kita bertemu lagi, setelah sekian lama.
Oh, mungkin kau bersekolah disini.
Nah, benar!
Lalu, saat kau menyadari kehadiranku di situ, kau menoleh ke arahku.
Kau memandangiku lagi, aku memandangimu balik.
Tatapan kita kembali bertemu, begitu hangat dan familiar.
Itu benar benar kau, kau benar benar disitu hari itu.
Itu bukan sebuah halusinasi, itu kenyataan.
Kau memandangiku lagi, aku memandangimu balik.
Tatapan kita kembali bertemu, begitu hangat dan familiar.
Itu benar benar kau, kau benar benar disitu hari itu.
Itu bukan sebuah halusinasi, itu kenyataan.
Sibuk mengurusi segala hal di panggung membuatmu terlihat begitu kelelahan. Saat penampil acara sudah mulai menampilkan acara acaranya, kamu duduk di daerah dekat aku duduk.
Aku memandangimu sebentar, memastikan bahwa itu adalah kau.
Aku memandangimu sebentar, memastikan bahwa itu adalah kau.
Sial! Aku tertangkap basah sedang melihat ke arahnya.
Kau nampak kelelahan saat itu, namun kau menatapku lagi sambil tersenyum kecil, lagi.
Senyuman kecil itu, ah.. aku tak bisa menjelaskannya lagi.
Bisakah kau jelaskan padaku siapa dirimu sebenarnya?
Apakah kita sudah pernah saling mengenal satu sama lain?
Beri aku jawaban, jangan hanya menjadi sosok yang misterius.
Yang pandangan matanya saling bertemu dan memberikan senyuman manis yang tak mudah dilupakan.
Kau nampak kelelahan saat itu, namun kau menatapku lagi sambil tersenyum kecil, lagi.
Senyuman kecil itu, ah.. aku tak bisa menjelaskannya lagi.
Bisakah kau jelaskan padaku siapa dirimu sebenarnya?
Apakah kita sudah pernah saling mengenal satu sama lain?
Beri aku jawaban, jangan hanya menjadi sosok yang misterius.
Yang pandangan matanya saling bertemu dan memberikan senyuman manis yang tak mudah dilupakan.
Hari itu, aku sadar kita telah beberapa kali melihat satu sama lain.
Seperti saling ingin mencari tahu.
Seperti saling ingin mencari tahu.
Sebenarnya sosokmu itu siapa?
Aku juga tidak mengerti.
Aku juga tidak mengerti.
TO BE CONTINUED
Comments
Post a Comment