Kamu Salah Menilai Kami, Temanku

Postingan ini kutulis ditengah kesibukanku, belajar untuk ulangan besok. Kenapa? Apa aku memperhatikanmu selalu akhir-akhir ini, temanku?
Ya, bagaimana mungkin aku bisa tidak memperhatikanmu terus akhir-akhir ini?
Kamu yang selalu menulis segalanya tentang aku dan teman-teman dekatku di twitter telah buatku resah.
Kamu selalu menulis tentang hal-hal negatif tentang teman dekatku, yang cukup menguras emosinya pula.
Kamu yang menyindirku habis-habisan di twitter malah bersikap ramah denganku saat kita chatting dan bertemu.
Kamu yang telah biarkan orang-orang mengetahui hal-hal yang cukup jahat saat kau ceritakan hal yang tidak benar kepada mereka, membuatku khawatir.
Sebenarnya, apa yang buat kamu begitu membenci kami?
Biar aku tegaskan, teman.
Tidak, semua hal negatif tentang kami yang kamu ceritakan itu salah.
Kami berteman, berteman dekat, bersahabat yang sangat dekat.
Bukan, kami bukan kelompok inklusif yang menutup teman-teman lain untuk berteman dengan kami.
Kami tidak pernah merasa bahwa kami membenci kamu, temanku, dan tak ada satupun dari kami yang tidak ingin berteman denganmu.
Tidak, teman baikku itu, tidak pernah yang namanya ingin menjauh darimu. Jarak yang secara tidak otomatis telah kalian tentukan itu.
Kami tak pernah merasa sekelompok, hanya untuk kami saja. Tidak pernah kawan.
Nama yang telah kutulis di bio twitter itu bukan nama geng kami, karena kami tidak punya geng.
Nama itu adalah impian kami, untuk membuat satu album yang berisi tentang cerita-cerita kami yang telah kami jadikan proyek.
Jangan salah sangka dulu, teman.
Entah harus bagaimana aku mengatakannya kepadamu bahwa itu semua salah.
Aku hanya tidak ingin terjadi tangisan miris hati yang berteriak saat aku membenarkan kesalahanmu itu.
Namun aku sudah habis pikir atas setiap kata di twitter yang telah mengiris kami semua.
Anda yang selalu berkata 'tolong peka' itu rasanya buat amarah kami menjadi-jadi.
Maaf kawan, tapi bukankah saat kami mengajak kamu untuk bermain dengan kami, kamu malah menolaknya?
Saat kamu bercerita, apakah aku belum pernah mendengarnya?
Dan disaat kami memberi perhatian untukmu, yang ada malah kata-kata yang cukup mengiris yang mengalamatkan kami.
Tidak, mungkin kami tidak sepenuhnya benar.
Kami meminta maaf apabila apa yang kami lakukan malah membuatmu tidak pernah betah masuk sekolah.
Kami juga tidak pernah bermaksud merebut sahabat lamamu.
Kami berteman, bersahabat, apakah itu menusukmu?
Katakanlah kawan apa yang kamu simpan di hatimu itu kepada kami langsung.
Jangan kamu sembunyikan dan melukis amarahmu di tempat yang bukan tempatnya. Itu berdampak bagi kami, kawanku.
Begitu saja dari kami.
Jika kamu masih menyimpan rasa dongkol di hatimu karena kami, maafkanlah kawan .
Kami tahu kamu amat menyayangi kami, kami juga menyanyangi kamu, dan ingin menjaganya.
Kami tahu hati anda amat tulus untuk memaafkan kami, jadi terimakasih sudah membaca ini.
Postingan ini kami alamatkan kepada anda, teman yang amat kami sayang.
Maafkan kami, jangan ulangi lagi.

Comments

Popular posts from this blog

A Thing About Yogyakarta, 2024

Elixir: [Track 6] Used to Me

Elixir : [Track 5] Yesterday Once More