Posts

Showing posts from 2013

I'm A Best Slave!

Image
Erica Goldson, seorang lulusan SMA terbaik di Amerika pada tahun 2010, sama seperti adat biasanya, menyampaikan pidato saat wisuda kelulusannya tiba. Pidato yang biasanya disampaikan dengan penuh rasa bangga dan bahagia karena telah lulus dengan hasil yang memuaskan, justru disampaikan Erica dengan penuh rasa takut. Berikut ini adalah pidato yang ia sampaikan tersebut : There is a story of a young, but earnest Zen student who approached his teacher, and asked the Master, "If I work very hard and diligently, how long will it take for me to find Zen? The Master thought about this, then replied, "Ten years." 
The student then said, "But what if I work very, very hard and really apply myself to learn fast - How long then?" Replied the Master, "Well, twenty years." "But, if I really, really work at it, how long then?" asked the student. "Thirty years," replied the Master. "But, I do not understand," s...

Bayangmu Mendengarku

Aku mengambil secarik kertas dan bolpoin saat pelajaran seni musik berlangsung. Seni Musik! Ya, yang paling kutunggu-tunggu adalah saat-saat seperti ini, saat kita boleh menciptakan lagu sendiri untuk ditampilkan di depan kelas beberapa minggu kedepan. Walaupun, ya, mungkin aku belum terlalu punya nyali untuk memberanikan diri maju dan menyanyikannya di depan teman-temanku. Tiba-tiba aku jadi teringat kamu yang sering menyanyikan lagu-lagu aneh saat aku duduk bersamamu. Ya, itu terdengar gila. Dan memang, aku sering berkata "Hentikan nyanyianmu!". Hahaha.. Itu terdengar lucu saat kamu tetap menyanyikannya, walau aku memaksamu untuk diam. Lagu-lagu itu sebenarnya keren, tapi mungkin nadanya kurang jelas. Apalah yang buatku ingin mengingat ulang lagu-lagumu itu.  Irama yang menyenandungkan pujian Nada yang menampilkan ketukan Suara yang sedang mendengarkan Telinga yang tak pernah bosan bersuara Buatku bingung kenapa bisa begitu Lagu itu untuk siapa? Semoga itu untukku ...

Unexpected Love - Part 4-B

Halo! :D Maaf banget *lagi* udah lama enggak nglanjutin Unexpected Lovenya. 1. Karena tugas banyak banget, jadi belum sempat nyelesaiin part 8 nya. 2. Eman-eman kalau ceritanya cepet dilanjutin, padahal nyari idenya lumayan susah hehehe '-' Oke, aku juga mau mengucapkan terima kasih kepada teman-teman saya yang banyak sekali menunggu kelanjutan Unexpected Love ini. "Ceritanya kok enggak dilanjutin? Aku penasaran." - Cindy Handoko. "Itu yang di blogmu itu bagus lho. Aku kan sering baca juga." - Jorge Enrique Io. "Lin, aku jadi pengen buat blog. Tapi habis UAS." - Febby Gunawan. Terima kasih yang luar biasa banyak untuk teman-teman lainnya juga yang belum disebutkan di atas yang jadi suka baca blog ini karena Sekar yang membuat laporan wawancara tentang aku, sebagai seorang blogger. Ini cukup menguntungkan karena menambah banyak sekali pageviewers nyaa :) oke thanks juga untuk Sekar. Ucapan terima kasih sudah cukup. Sekarang saatnya lan...

Ternyata Bukan Kamu

Like a satellite we're flying Overhead where we see it all. Nothing can touch us, we're everything and more. There's no turning back from this point. Reaching heights like never before. Nothing can touch us, we're everything, we're everything and more. Sudah lama aku tidak menulis tentang kamu. Entah karena apa, namun pada intinya aku terlalu sibuk hanya untuk meluangkan waktuku untuk menulis tentang ini. Intinya, ada banyak sekali hal yang ingin kuceritakan. Jujur saja, aku sudah lelah untuk dipojokkan teman-temanku mengenai tulisan-tulisan tentang kamu.  Iya, aku yakin kau pasti juga risih dengan teman-teman yang selalu memojokkan kita, kan? Sama, aku juga. Bukan, tulisan ini bukan kutujukan untuk kamu, toh semisal aku menulis ini untuk kamu, kau tidak akan menanggapinya juga, kan? Hahaha, terlalu tolol memang, tapi mau bagaimana lagi kalau memang begitu kenyataannya? I'd give anything to catch your eye So you could see me in a different ligh...

Diam Saja.

Belum seberapa lama kita baikan, kamu menjauh lagi. Belum seberapa lama semuanya kembali normal, kamu sepertinya mulai membenciku kembali. Namun, satu hal yang tak kau tau. Aku yang terlihat diam saja saat bertemu denganmu. Aku yang terlihat acuh-tak-acuh saat berpapasan denganmu. Aku yang tak pernah mau mengakui kebenarannya tentang hal itu. Aku yang tak pernah berbicara kepadamu lagi. Aku yang begitu kau benci dan kau jauhi. Aku yang terlihat biasa saja melihat sikapmu kepadaku. Selalu mengeluh mengapa hal buruk ini dapat terjadi. Selalu bertanya "Bagaimana perasaanmu jika kamu menjadi aku?" Kepada semua orang, hingga mereka begitu bosan mendengarkannya, saat aku telah menyia-nyiakan kesempatan yang begitu indah. Selalu merasa bodoh ketika kamu  hanya membaca chat ku dan tidak membalasnya. Selalu mendengarkan lagu bergenre galau yang kuputar berulang-ulang karena kamu selalu mengabaikanku. Selalu tak pernah berani untuk menunjukkan bahwa semuanya itu memang ...

Menangisi Tangisanmu

Hai, kamu! Bukan maksudku untuk mengusik-usik perasaanmu itu. Bukan inginku untuk menangisi hal yang memang tidak ditujukan untukku Bukan mauku untuk bersedih melihat perasaanmu yang teriris-iris karenanya Study tour ini sungguh menyenangkan, lima hari yang tak mungkin terlupakan Menghabiskan waktu bersama teman-teman di Pulau Dewata sungguh kenangan yang sangat indah Tapi ada satu yang buatku risih, teman Benarkah kau merasakannya juga? Iya, aku tahu ini memang bukan urusanku Dan bahkan ini adalah hal yang begitu mendalam bagimu Melihat mereka berdua berjalan bersama, pergi berdua bersama, bahkan duduk berdua di bis sungguh mengiris-iris perasaanku Padahal, mereka bukan urusanku Padahal, ini soal perasaan hatimu Seharusnya, kamu yang merasa tersayat-sayat oleh mereka Seharusnya, kamu yang begitu bersedih dan sakit hati Dan bukannya aku yang merasa begitu tercabik-cabik Di saat mereka berdua saling menggenggam tangan di bawah terang sinar matahari Pantai Kuta, tak habis...

Kasihilah Musuhmu

Setiap orang punya masalah? Pasti. Bukan, kali ini aku enggak akan cerita-cerita lagi tentang masalah-masalah itu. Sekarang, aku lagi pengen mbahas tentang hal yang sedikit membuatku harus menulis postingan ini. Ya, Hidup untuk memaafkan. Kadang, orang-orang suka sedikit keras kepala masalah memaafkan. Orang menganggap dirinya sebagai subjek yang paling benar dan tidak bisa disalahkan. Harus diakui, hal macam ini manusiawi. Kenapa? Karena tentu saja setiap orang punya batas kesabaran masing-masing. Akar dari semua ini? Tentu saja karena masalah. Masalah tidak biasanya besar, malah kadang terjadi karena masalah kecil yang dibesar-besarkan, yang diumbar-umbarkan seakan dunia perlu tahu. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan amarah, rasa benci, dan iri hati. Sering terjadi orang begitu merasakan jengkel kepada seseorang, atau bahkan kelompok. Saking bencinya, tak jarang orang mengungkapkan kekesalannya itu dengan menulis tulisan-tulisan kasar di facebook, twitter, dan la...

You Give Me Chances, and I Let You Down.

Sudah bosankah kalian dengan segala hal yang kutulis disini? Aku harap tidak. Hanya ini yang bisa kupakai untuk mencurahkan seluruhnya. Apa aku telah buat kalian tidak nyaman? Aku harap tidak, karena hanya kalian yang mungkin bisa mengerti rasanya. *** Minggu, 8 September 2013 "Apa kau marah denganku?" Pertanyaan konyol namun kau menjawabnya. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? "Enggak, kau masih menjadi teman yang baik bagiku :)" Kau berubah? Mungkin iya, tapi kau masih sama saja, sama seperti dulu :'D  "Apa aku berubah?"  "Tidak, kau masih sama. Kamu baik, baik sekali." Syukurlah, aku masih jadi temanmu. Iya, perlakuanmu dalam kurun waktu satu tahun ini telah membunuhku pelan-pelan. "Kita.. teman kan?" "Iya.." *** Jumat, 13 September 2013 Aku keluar kelas dengan nada sendu. Dua tas dan laptop ini sungguh berat. Aku harus pulang sore hari ini, terlalu banyak tugas.  Kuletakkan tasku dipinggir kel...

Menunggu

Menunggu? Hal yang menyebalkan? Tidak juga. Hanya saja sedikit.. membosankan. Bukan, pernyataan bahwa cewek harus selalu menunggu itu benar-benar salah. Tidak, aku tidak sedang menunggu seseorang. Bukan, aku bukannya penakut. Sungguh.. Namun, ya, mungkin aku belum terlalu punya nyali hanya untuk sekedar berbicara tentang omong kosong denganmu. Padahal, kau begitu dekat denganku sekarang, walaupun masih terhalang 'jarak' yang telah tidak otomatis kita temukan. Kecanggungan, ketakutan itu selalu membuatku mengurungkan niat hanya untuk sekedar bisa berbicara denganmu. Konyol? Iya. Kamu berani? Benar sekali. Entahlah, kecanggungan ini memang berawal karena hubungan kita yang agak menjauh ini. Kita teman, aku tahu itu. Namun selalu saja ada yang membuat kita menjadi berjarak. Jujur saja, aku amat membenci hal-hal yang telah membuat kita jauh seperti ini. Aku juga membenci hal-hal yang telah buat setiap percakapan kita menjadi canggung. Tahukah kamu? Kalau boleh ...