Cuma Setahun Sekali

Tiba-tiba LED blackberry ku menyala. Di malam takbiran seperti ini, tentu saja akan banyak broadcast yang mengucapkan selamat idul fitri. Terlalu banyak, kadang buatku jenuh, tapi sebisa mungkin aku akan terus menjawab "aku maafin kok:)"

Aku membuka broadcast-broadcast itu. Jantungku berdegup kencang saat mengetahui bahwa broadcast yang ku terima itu adalah darimu. Iya, kamu, yang dulu sempat mengisi hari-hariku dengan tawa. Aku tersenyum melihatnya, terdengar bodoh memang. Aku hanya menganggap bahwa berarti kamu memang belum melupakanku.

Aku jadi teringat akan kenangan-kenangan waktu kecil. Saat aku berumur 5 tahun-an, dan kamu satu tahun lebih tua daripada aku. Kita berteman dari kecil karena jarak rumahmu yang cuma berjarak 1 blok dari rumahku. Aku berkunjung ke rumahmu setiap hari, memang untuk tujuan yang kurang penting, hanya bermain, bermain, dan bermain.

Aku senang bermain bersamamu, karena kamu seperti menjadi kakak bagiku, kamu selalu mau menjagaku, orang tuaku tak pernah khawatir jika aku bermain bersamamu. Ah, saat-saat itu benar-benar indah.
Masih saat aku berumur 5 tahun-an, dan kamu satu tahun lebih tua dariku, aku berkunjung ke rumahmu bersama adikku. Ya, ingat kan? Itu yang setiap hari kita lakukan. Masih kecil, aku membuka pagar rumahmu, dan masuk begitu saja ke rumahmu tanpa permisi. Orang-orang di rumahmu sudah tahu bahwa itu adalah aku dan adikku. Lalu aku membuka pintu kamarmu, dan kamu langsung menyambutku dengan senyum. Aku tertawa, adikmu juga.

Bermain, ya, bermain-lah yang membuat kita menjadi nyaman. Aku jadi akrab denganku, itu yang biasa aku lakukan. Kamu selalu menyapaku dengan senyum kala itu, saat kita masih kecil, dan masih polos. Entah aku yang terlalu polos atau kamu yang memang sudah bersikap dewasa, saat kita bermain rumah-rumahan, ada satu pernyataan yang paling ku ingat sampai saat ini:

"Pasti besok kalau kita udah besar, kamu bakalan jadi pacar aku."

Aku kaget, tapi memang saat itu aku masih sangat polos, aku cuma tertawa dan membalasnya dengan senyum.

"Tapi kan belum tentu,"aku tertawa lagi.

Adikku dan adikmu juga tertawa bersama, tapi kamu cuma tersenyum kecil. Itu seperti suatu pernyataan sulit yang belum terpecahkan hingga saat ini, aku masih belum tahu apa artinya. Walaupun begitu, kita tetap bermain bersama, ya mungkin karena saat itu kita masih kecil, dan kita masih terlalu polos untuk mengungkit-ungkitnya lagi.

Beberapa tahun kemudian, aku sudah bertumbuh menjadi besar, kamu juga. Aku sudah semakin dewasa, dan sudah mulai tahu apa arti suka, sayang, dan pacar itu. Aku jjadi bingung sendiri kalau mengingatnya, aku bahkan belum tahu maksudmu. Aku mentertawakan diriku sendiri yang saat itu dengan polosnya berkata begitu. Ya, bagaimana mungkin, kamu yang sebegitu dewasa, penyayang, tinggi, dan keren itu, malah berkata begitu kepadaku, dan bodohnya aku membalasnya seperti itu. Anak-anak, mungkin hanya logikamu yang salah artikan cinta saat itu, kamu juga tidak tahu waktu yang tepat untuk mengatakannya.

Setiap aku bercerita kepada orang-orang, yang muncul bukanlah solusi, tapi malah "cieee"an yang buatku tersipu. Bukan, aku tidak ingin mencari perhatian karena dulu kamu berkata seperti itu kepadaku. Tapi, kalaupun benar itu yang kamu rasakan saat itu, dan mungkin masih kamu rasakan hingga sekarang, aku juga belum bisa menerimanya. Kita berbeda. Kalaupun kamu sayang denganku dan aku juga, tidak semudah itu kita akan lewati bersama. Kita kan berbeda, enggak mudah, sama sekali tidak mudah.

Anak kecil, ya sayangnya saat itu kita masih kecil. Kamu belum tahu tentang perbedaan kita. Kamu juga belum memikirkan apa dampaknya, dan aku juga. Seandainya kita sama, mungkin keadaan tidak akan serumit ini.

Sekarang, kita bahkan tidak pernah berbicara lagi. Aku cuma bisa melihat bayangmu yang bahkan jarang tersentuh. Aku hanya bisa memandangmu lama di display picture kontak bbm mu. Kita sudah tidak seperti dulu lagi, kamu juga tidak pernah melindungiku lagi, mungkin karena kita sudah saling sadar akan perbedaan itu. Aku hanya bisa memandangmu jelas dan memeluk tanganmu saat hari lebaran, disaat aku pergi kerumahmu untuk bermaaf-maafan. Dan itu terjadi cuma setahun sekali.

Sayangnya kita beda, ya. Manusia memang diciptakan untuk berbeda-beda, tapi kenapa harus kita? Kalau kenyataannya kamu masih sayang padaku, aku juga sayang kamu. Aku baru menyadarinya saat aku bertumbuh besar dan semakin dewasa. Huh, sayangnya perbedaan kita itu buat kita semakin jauh. Kalau begini, bagaimana nasib perkataanmu 8 tahun lalu itu? Apa kamu masih mengingatnya? Atau akankah itu masih bisa terjadi?

Besok pagi, ya besok. Seperti tahun-tahun sebelumnya, aku akan pergi ke rumahmu lagi untuk sekedar bermaaf-maafan dan mencicipi opor buatan mamamu. Pelukan hangat tanganmu, yang cuma setahun sekali itu, akan terjadi besok. Ah, kenapa harus besok? Aku kan belum siap..

Apapapun yang terjadi, kita tetap teman kan? Walaupun mungkin apa yang kamu katakan dulu itu mungkin tak bisa terjadi, aku juga senang bisa mengenalmu. Walau sekarang cuma bayangmu yang bisa kukenang dan 5 detik pelukan hangat tanganmu. Aku senang kamu sempat mengisi hari-hariku, dan itu adalah kamu.

Selamat idul fitri untuk kamu, ya. Maaf kalau saat itu aku buat pernyataan yang buat kamu sedikit kecewa.

Comments

Popular posts from this blog

A Thing About Yogyakarta, 2024

Elixir: [Track 6] Used to Me

Elixir : [Track 5] Yesterday Once More